Eksplorasi Sumber Hara: Asal Muasal Hara di Dalam Tanah

November 21, 2023
Eksplorasi Sumber Hara: Asal Muasal Hara di Dalam Tanah

Secara garis besar, asal muasal hara bersumber dari dua elemen utama dalam tanah, mineral yang berasal dari batuan asal dan bahan organik. Batuan asal mengalami pelapukan, menghasilkan bahan induk khas, yang kemudian membentuk tanah dengan kekayaan mineral yang berbeda-beda. Di sisi lain, bahan organik melalui proses dekomposisi menghasilkan beragam unsur hara. Dengan demikian, terciptalah keanekaragaman nutrisi dalam tanah.

 

 

Sumber Hara Ex Situ

 

Sumber unsur hara berasal dari berbagai faktor, salah satunya adalah batuan induk. Jenis batuan induk yang membentuk gunung berapi memiliki peran penting dalam menentukan kandungan nutrisi yang dilepaskan selama letusan. Ada dua jenis batuan induk utama, yang bersifat asam dan yang bersifat basa.

 

Batuan induk asam menghasilkan tanah dengan kandungan kalsium, magnesium, kalium, besi, dan mangan yang rendah, namun memiliki tingkat silika yang tinggi. Ciri keberadaannya dapat dilihat dari puncak gunung yang lancip, seperti Gunung Salak di Jawa Barat.

 

Di sisi lain, batuan induk basa menghasilkan tanah subur dengan kandungan kalsium, magnesium, kalium, besi, dan mangan yang melimpah. Ciri khas gunung berapi dengan puncak cembung, seperti Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat, menunjukkan adanya batuan induk basa.

 

Fenomena alam berikutnya terkait dengan pengendapan akibat pengikisan batuan induk dan bahan induk tanah, disebut sebagai sedimentasi. Kondisi tanah di daerah hulu dan hilir sungai, seperti delta, mempengaruhi tingkat kesuburan. Delta sungai adalah area yang subur karena pengendapan material dan lokasi akumulasi unsur-unsur yang dibawa oleh air.

 

Lembah gunung juga menjadi tempat penumpukan hara, terutama melalui proses pengikisan pada daerah lereng gunung. Ini cenderung membuat tanah di lembah gunung lebih subur.

 

 

Sumber Hara In Situ

 

Proses dekomposisi bahan organik di tanah juga menjadi sumber hara. Dimulai dari tumbuhan perintis seperti lumut, kemudian diikuti oleh rerumputan, perdu, dan akhirnya pohon. Areal yang awalnya hanya dapat ditumbuhi lumut, seiring waktu menjadi subur dan dapat menopang pertumbuhan tanaman yang lebih kompleks.

 

Dekomposisi bahan organik sendiri melibatkan reaksi kimia kompleks, seperti CO2 (gas) + H2O (cair) - cahaya matahari -> C6H12O6 (glukosa) + O2 (gas), yang sesuai dengan rumus pada proses fotosintesis. Ini menggambarkan bahwa tanaman dapat bertahan hidup dengan adanya karbon dioksida dan air. Glukosa yang dihasilkan menjadi komponen penyusun tubuh tanaman, termasuk dalam pembentukan protein. 

 

Pentingnya Hara dalam Tanah

 

Hara dalam tanah adalah unsur penting dalam pertanian. Tanaman membutuhkan berbagai unsur hara untuk tumbuh dengan baik, dan ketidakseimbangan unsur hara dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pemahaman mengenai sumber-sumber hara dalam tanah dan bagaimana mereka berkontribusi dalam pertanian sangat penting.

 

Dari batuan induk hingga delta sungai dan proses dekomposisi bahan organik, tanah merupakan reservoir penting hara-hara ini. Dalam pertanian berkelanjutan, menjaga keseimbangan dan ketersediaan unsur hara dalam tanah sangat penting agar hasil panen dapat optimal. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang asal muasal hara dalam tanah dan perannya, kita dapat merawat tanah dengan lebih baik, meningkatkan produktivitas pertanian, dan memastikan makanan yang cukup untuk semua.

Berita Lainnya