Dibalik ‘Manisnya’ Cabai Kang Dede Sonjaya

September 26, 2018
Dibalik ‘Manisnya’ Cabai Kang Dede Sonjaya

Dede Sonjaya, petani asal Rawamerta, Karawang, Jawa Barat mencoba-coba menanam cabai pada 14 Agustus 2017 lalu. Saat itu, pria yang akrab dipanggil Kang Dede ini ingin mengetahui apakah menanam cabai lebih menguntungkan secara ekonomi atau tidak. Dan, pada hari ke 75 HST, Kang Dede sudah dapat menikmati ‘manis’-nya panen cabai yang dilakukannya dengan modal coba-coba ini, yaitu 6.420 kilogram.

 

Program pemupukan PT Meroke Tetap Jaya untuk tanaman cabai menjadi pedoman Kang Dede. Kang Dede menerapkan sistem kocor dengan pola tanam mulsa plastik. Ini kali pertama bagi Kang Dede menanam cabai, sebelumnya fokus menanam padi. Jumlah cabai yang ditanam saat itu kurang lebih 4.000 pohon.

Berikut pola pemupukan yang dipakai Kang Dede:

 

Pupuk dasar:

SS (AMMOPHOS) 30 gram/pokok

NPK Mutiara 16 16 16, 30 gram/pokok

 

1-4 MST

1 kg NPK Mutiara 16-16-16 + 1 kg KARATE PLUS BORONI + 0,5 kg Meroke MAP. Ini dilarutkan dalam 100 liter air untuk kebutuhan 500 tanaman.

 

5-8 MST

1 kg NPK Mutiara Grower + 1 kg KARATE PLUS BORONI + 0,5 kg Meroke MKP. Ini dilarutkan dalam 100 liter air untuk kebutuhan 500 tanaman.

 

9-12 MST

3 kg NPK Mutiara GROWER + 1 kg KARATE PLUS BORONI + 0,5 kg Meroke KALINITRA. Ini dilarutkan dalam 100 liter air untuk kebutuhan 500 tanaman. 

 

Foliar

30, 40, 50, 60, 70, 80 HST

2,5 gram Fitoflex + 25 gram Meroke MAG-S/tangki

 

Keterangan:

MST: Minggu Setelah Tanam

HST: Hari Setelah Tanam

 

Sistem Kocor

Menurut Area Manager Priangan Barat PT Meroke Tetap Jaya, Agus Garisman, kebanyakan petani menganggap tanaman cabai yang ditanam menggunakan mulsa plastik, pemupukan susulannya akan lebih mudah menggunakan sistem kocor dibanding tabur.

 

Sistem kocor merupakan cara pemberian pupuk dengan dilarutkan terlebih dahulu menggunakan air dengan dosis tertentu, lalu disiram, dikucurkan atau dikocor ke tanaman dengan ember atau sejenisnya. Kata kocor sendiri adalah istilah yang dipakai untuk mendefinisikan kata siram.

 

Lanjut Agus Garisman, ada beberapa alasan petani hortikultura di Indonesia memilih sistem kocor. Di antaranya, dengan sistem kocor, petani dapat melakukan pemupukan sekaligus penyiraman dalam satu waktu. Selain itu menurut pengalaman petani reaksi pupuk pun lebih cepat dengan sistem kocor karena pupuk terserap langsung oleh akar tanaman. Sistem kocor ini juga dinilai dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.

 

Pemupukan sistem kocor maupun tabur pada hakikatnya sama. Yaitu bertujuan untuk memberikan nutrisi pada tanaman dan juga mengganti unsur hara yang hilang karena terangkut panen sebelumnya. Sehingga tanaman bisa memanfaatkan pupuk tersebut sebagai nutrisi untuk tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang optimal.

 

“Tentunya jika pemupukan dilakukan dengan tepat cara, tepat guna, dan tepat waktu, maka hasil panen tanaman yang dibudidayakan akan memberikan nilai ekonomis terbaik,” tutupnya.

Berita Lainnya