Sukses Budidaya Kakao: Strategi Pemupukan Menuju Kualitas Internasional

June 26, 2024 | Penulis: Rizqina Aulia
Sukses Budidaya Kakao: Strategi Pemupukan Menuju Kualitas Internasional

 

Bagaimana cara memulai budidaya kakao yang baik untuk menghasilkan biji berkualitas internasional? Ini adalah pertanyaan yang sering diajukan oleh petani yang ingin meningkatkan nilai jual produk mereka. Dalam dunia pertanian, khususnya budidaya kakao, kualitas menjadi kunci utama yang menentukan nilai jual di pasar internasional. Sebagai tanaman yang memerlukan perhatian khusus, kakao tidak hanya membutuhkan kondisi iklim dan tanah yang tepat, tetapi juga teknik budidaya yang cermat untuk menghasilkan biji berkualitas tinggi. Dengan meningkatnya permintaan pasar, penting bagi petani kakao untuk memahami dan menerapkan metode terbaik dalam budidaya kakao agar dapat bersaing di tingkat internasional.

 

Budidaya Kakao Berkualitas Internasional

 

Untuk mencapai standar internasional dalam budidaya kakao, ada beberapa langkah penting yang harus diperhatikan oleh para petani. Kualitas biji kakao yang jempolan tidak hanya meningkatkan reputasi produk, tetapi juga membuka peluang ekspor yang lebih luas dan menguntungkan. 

 

1. Kebutuhan Unsur Hara Tanaman Kakao 

 

Untuk pertumbuhan optimal, tanaman kakao memerlukan 12 unsur hara esensial yang terbagi menjadi dua kategori: makro dan mikro. Unsur hara makro primer meliputi nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)—sering disingkat sebagai NPK—yang merupakan komponen utama untuk pertumbuhan. Selain itu, ada unsur hara makro sekunder yang terdiri dari kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S), yang berperan penting dalam proses fisiologis. Tanaman kakao membutuhkan enam unsur hara mikro, yaitu besi (Fe), mangan (Mn), zinc (Zn), boron (B), molybdenum (Mo), dan tembaga (Cu). Meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil, unsur mikro juga penting untuk mendukung berbagai fungsi tanaman. Kekurangan salah satu unsur ini dapat menjadi faktor pembatas yang menghambat produksi kakao dengan maksimal. 

 

2. Morfologi Tanaman Kakao 

 

Untuk memastikan pertumbuhan dan hasil panen kakao, penting untuk memahami morfologi dan karakteristik tanaman ini. Kakao tumbuh subur di daerah dengan curah hujan yang merata dan suhu stabil antara 26–30°C. Karena kakao sensitif terhadap kekurangan air, kedalaman tanah yang ideal untuk pertumbuhannya adalah 100–150 cm. Akar kakao cenderung berkembang di permukaan tanah, dengan sekitar 56% akar nya berada pada kedalaman 0–10 cm. Oleh karena itu, tanah yang cocok untuk kakao harus kaya akan bahan organik dan memiliki kapasitas tukar kation yang baik dengan pH optimal antara 5,6–6,8 demi menghindari penghambatan pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara. Tanaman kakao juga membentuk jorket, yaitu cabang–cabang primer yang tumbuh setelah tanaman mencapai ketinggian tertentu, yang kemudian menumbuhkan cabang lateral dan menciptakan tajuk yang rimbun. 

 

Sementara itu, faktor–faktor seperti umur tanaman, kondisi iklim, lingkungan dan pemeliharaan tanaman akan mempengaruhi pembungaan. Di sisi lain, pemangkasan cabang yang tidak produktif diperlukan untuk memaksimalkan fotosintesis. Penting untuk melindungi buah dari hama dan penyakit, terutama hama penggerek buah kakao, penyakit busuk buah akibat cendawan phytopthora agar kualitas dan kuantitas panen lebih baik. 

 

3. Memberi Unsur Hara Sesuai Kebutuhan

 

Pemberian unsur hara esensial sangat penting dalam budidaya kakao, terutama pada fase pertumbuhan buah. Ada dua fase perkembangan buah kakao dengan laju pertumbuhan yang berbeda di setiap fasenya. Unsur hara harus tersedia sejak dini, terutama unsur hara kalsium dan boron untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan buah kakao yang sehat. Buah kakao yang berumur kurang dari 75 hari atau lebih kecil dari 11 cm rentan terhadap layu fisiologis / layu pentil (cherelle wilt) / layu buah muda. Layu fisiologis  akan meningkat, ketika jumlah daun yang mendukung perkembangan buah tidak cukup, idealnya antara 8–10 lembar daun per buah. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko layu diantaranya kekurangan air, drainase yang tidak baik, defisiensi nutrisi seperti nitrogen, fosfat, boron, dan kalsium, serta serangan hama dan penyakit. Untuk mengurangi risiko layu buah muda, disarankan untuk melakukan pemangkasan ringan secara teratur dan memberikan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan spesifik tanaman kakao. Pemupukan yang tepat akan membantu memastikan bahwa tanaman memiliki dukungan yang diperlukan untuk menghasilkan buah yang berkualitas. 

 

Program Pemupukan Tanaman Kakao 

 

Pemupukan yang tepat menjadi upaya dalam meningkatkan produktivitas tanaman kakao. Menurut Andi Masnawy, salah  satu Agronomis PT Meroke Tetap Jaya yang bertugas sebagai Manager Area di wilayah Sulawesi, NTB, dan NTT, ada dua aspek penting dalam pemupukan kakao, yaitu waktu dan metode aplikasi pupuk serta penggunaan pupuk berkualitas dengan unsur hara yang lengkap. 

 

Petani kakao di Indonesia biasanya memupuk dua kali dalam setahun, yaitu di awal dan akhir musim hujan. Namun, untuk hasil yang lebih baik, disarankan untuk memupuk tiga hingga empat kali setahun, dengan tambahan pemupukan melalui daun. Berikut adalah rekomendasi pemupukan untuk tanaman kakao. 

 

Setelah masa panen raya, disarankan untuk menggunakan pupuk NPK Mutiara 16–16–6 sejumlah 200 gram per pohon. Tambahkan juga KARATE PLUS BORONI sebanyak 100 gram per pohon dan SoluMAG sejumlah 100 gram per pohon untuk mendukung pertumbuhan tanaman kakao. Kemudian, ketika buah kakao telah berukuran sekitar 11 cm, mirip dengan ukuran baterai, gunakan pupuk NPK Mutiara GROWER 15–9–20 + TE sebanyak 300 gram dan KARATE PLUS BORONI sebanyak 100 gram per pohon untuk kelengkapan unsur hara selama fase pertumbuhan dan perkembangan buah.

 

Tambahan pupuk dengan aplikasi foliar melalui daun dilakukan setelah panen raya, menggunakan PROVIT HIJAU dan MerokeMAG–S masing–masing 20–30 gram per tangki 15 atau 16 liter, dengan frekuensi penyemprotan 1–2 kali sebulan. Saat buah kakao berukuran seperti baterai atau sekitar 11 cm, gunakan PROVIT MAXI dan MerokeMKP masing–masing 20–30 gram per tangki, dengan frekuensi penyemprotan 1–2 kali sebulan. 

 

Tujuan pemupukan setelah panen yaitu merangsang pertumbuhan akar dan pembentukan tajuk yang akan mempengaruhi panen berikutnya, sedangkan pemupukan saat buah kakao berukuran sekitar 11 cm bertujuan untuk mengurangi layu pentil, mendukung pembesaran buah, dan meningkatkan kualitas biji kakao. Dengan kandungan kalsium yang larut air dari KARATE PLUS BORONI dan unsur hara yang lengkap, diharapkan tanaman lebih tahan terhadap penyakit, khususnya Vascular Streak Dieback

 

Rekomendasi program pemupukan ini bertujuan untuk memberikan nutrisi yang tepat dan seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman kakao di setiap tahap pertumbuhannya. Hal ini penting untuk memastikan kualitas dan jumlah panen yang optimal. Dengan menerapkan metode pemupukan secara teratur, petani kakao bisa mendapatkan hasil panen yang lebih memuaskan. Selain itu, dengan memperhatikan aspek penting dalam budidaya kakao, petani dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi hingga bisa memenuhi standar internasional.

 

**Untuk dosis dan cara pemakaian, download Apps Petani Cerdas di Google Playstore.  

 

Berita Lainnya