Teruskan Estafet Usaha Pembibitan, Gingin Ikuti Perkembangan Teknologi untuk Pemasaran & Perawatan Tanamannya

December 06, 2022
Teruskan Estafet Usaha Pembibitan, Gingin Ikuti Perkembangan Teknologi untuk Pemasaran & Perawatan Tanamannya

 

"Ada perbedaan cara mengembangkan usaha Asep Bibit, dengan Bapak. Saya menyesuaikan jaman. Untuk pemasaran, promosinya pakai media sosial. Posting foto & video, kemudian pembeli lihat. Sudah cocok, tinggal transfer," ucap Gingin, yang tahun ini berusia 29 tahun.

 

Memiliki gen dari sang ayah yang dijuluki sebagai 'juragan bibit sayuran' di Garut, membuat Gingin di usianya yang masih muda memilih menjadi petani. Sekaligus, melanjutkan usaha bibit sayur-sayuran dengan brand 'Asep Bibit' yang dikembangkan lebih dahulu oleh kedua orang tuanya.  

 

Usaha bertani bibit sayuran, memang terbilang menjanjikan karena selalu dibutuhkan petani dalam budidaya tanaman. Keunggulan lain dari usaha pembibitan itu tidak membutuhkan lahan yang cukup luas.  

 

Bibit tanaman sayuran yang dijadikan ladang cuan Gingin, di antaranya kubis, bunga kol, tomat, cabai, seledri, terung ungu, cabai rawit, dan sawi putih. Semua tanaman tersebut tak hanya dikejar petani Garut, ada juga dari Banjaran, Pangalengan, Tasik, Majalengka, dan Sumedang.  

 

Asep Bibit  

 

"Asep Bibit ini lahir, sama dengan tahun saya lahir. Tahun 1993. Dimana, Bapak saat itu melihat peluang adanya permasalahan kebutuhan akan bibit oleh petani sekitar Desa Pasirwangi," papar Gingin.  

 

Sambungnya, usaha Bapak berkembang dikarenakan 80 persen warga di tempatnya tinggal, Desa Pasirwangi, berprofesi sebagai petani hortikultura. Dulunya, para petani tersebut membeli benih sendiri ke toko, kemudian disemai sendiri. Namun, saat penyulaman ada yang kurang, mereka bergegas ke Asep Bibit.  

 

 

Untuk pemenuhan bibit di sekitar Garut, Gingin mengatakan usaha pembibitannya hampir tiap tahun kewalahan melayani permintaan pasar yang tinggi. Dalam kegiatan pendekatan ke pembeli, Gingin berusaha mengubah kebiasaan para petani.  

 

"Tadinya yang beli hanya buat nyulam. Saya prospek pembeli, siapa nih yang mau nanam, saya follow up pakai sistem PO. Kewalahan karena selain pemenuhan untuk nyulam, juga dipakai buat nanam," ujarnya.  

 

Bagi Gingin, menjalani usaha pembibitan terbilang susah-susah gampang. Ada sejumlah tantangan yang harus dihadapinya. Seperti perubahan iklim.  

 

"Susahnya, mau ga mau kita harus lebih mahir dr petani. Konsepnya juga kita sebagai penjual bisa jadi dokter tanaman, yang mana tanaman tidak bisa ngomong. Nah, gampangnya, selama kita kemauan, pasti ada aja jalannya," lugas Gingin yang menjual bibit hortikultura-nya kisaran 20-25 HST.  

 

Budidaya Pembibitan  

 

Dalam budidaya pembibitannya, Gingin melakukan sejumlah inovasi yang sengaja dikembangkan agar lebih efisien dan efektif. Dan, hasilnya pun bisa optimal.  

 

"Dari segi teknis budidaya, ada inovasi yang saya terapin. Dulunya, ikutin petani di sawah. Bikin bedengan, lalu benih ditebar di tanah, baru dicabut. Masalah yang timbul, itu ada akar yang putus sehingga rentan akan hama & penyakit. Saat ini, saya terapkan pakai media tanah, seperti bekongan dan tray," paparnya.  

 

Menurutnya, penerapan media tanah bisa membuat tanaman bebas stress ketika pindah tanam. Inovasi lainnya, yaitu penyiraman dengan teknologi mesin. Inovasi ini juga meminimalisir sumber daya manusia. Jika sebelumnya manual, bisa 2-3 orang. Sekarang, Gingin cukup menugaskan 1 orang.  

 

"Banyaklah inovasi yang diterapin supaya lebih efektif dan efisien. Termasuk, pembangunan greenhouse," ujar Gingin.  

 

Untuk pemberian nutrisi ke tanaman, Gingin berusaha untuk presisi sesuai dengan kebutuhan tanaman pada setiap fase pertumbuhannya. Tidak terlalu banyak, karena memicu stress pada tanaman.  

 

"Saya paling sering pakai pupuk NPK yang seimbang kandungannya. Seperti NPK Mutiara 16-16-16. Fleksibel untuk macam-macam tanaman, bisa ke cabai, tomat, sayuran lainnya. Pupuk tersebut dipakai sebagai pupuk dasaran. Pemenuhan kebutuhan mikro, sesekali dilakukan penyemprotan pupuk daun," jelas Gingin.  

 

Soal hama & penyakit tanaman, Gingin rutin menyemprotkan pestisida sebagai pencegahan. Juga, menjaga kelembaban tanah, agar tidak terlalu kering atau basah.  

 

"Buat anak-anak muda, jangan hanya melihat dari kesuksesan seseorang. Semua profesi itu pasti ada tantangan, semua profesi itu ga gampang. Kita harus banyak berinovasi dan membuat perencanaan. Selama kita ada kemauan, pasti ada jalan," pesan Gingin untuk generasi millenial.

Berita Lainnya