Penyebab Utama Deforestasi? Ini Dia Fakta Kelapa Sawit

May 27, 2025 | Penulis: Rizqina Aulia
Penyebab Utama Deforestasi? Ini Dia Fakta Kelapa Sawit

 

Di Indonesia, kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang sangat populer dan banyak dibudidayakan. Minyak yang dihasilkan dari buah kelapa sawit digunakan dalam berbagai produk sehari-hari, mulai dari minyak goreng hingga sabun dan kosmetik. Karena hasil panennya yang melimpah, kelapa sawit menjadi komoditas penting yang mendukung perekonomian petani dan negara. Namun, dibalik manfaat tersebut, kelapa sawit sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Apakah benar bahwa kelapa sawit menjadi faktor utama yang menyebabkan deforestasi?

 

Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami apa itu deforestasi. Deforestasi adalah hilangnya hutan akibat perubahan lahan menjadi fungsi lain, seperti pertanian, pemukiman, atau pembangunan. Artinya, hutan yang sebelumnya lebat berubah menjadi lahan kosong atau digunakan untuk kegiatan manusia. Dampak deforestasi sangat besar, seperti hilangnya habitat satwa, erosi tanah, dan perubahan iklim.

 

Kelapa sawit memang sering dianggap sebagai penyebab utama hilangnya hutan, terutama di Indonesia yang menjadi produsen terbesar minyak sawit dunia. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu. Sebagian besar perkebunan sawit dibuka di lahan yang sudah tidak produktif, seperti bekas kebakaran atau semak belukar. Bahkan lebih dari setengah lahan sawit di Indonesia berasal dari lahan terdegradasi, bukan dari hutan primer yang ditebang langsung.

 

Hanya sekitar 2% dari deforestasi global disebabkan oleh kelapa sawit. Banyak faktor lain yang lebih besar pengaruhnya terhadap hilangnya hutan, seperti pembukaan lahan untuk pertanian lain, peternakan, pembangunan jalan, dan pertambangan. Deforestasi di Indonesia sendiri sudah berlangsung sejak lama, jauh sebelum kelapa sawit berkembang pesat.

 

Salah satu keunggulan kelapa sawit dibanding tanaman minyak lainnya adalah produktivitasnya yang sangat tinggi. Dengan lahan yang lebih kecil, kelapa sawit mampu menghasilkan minyak dalam jumlah besar. Ini berarti jika dikelola dengan baik, kelapa sawit justru bisa mengurangi tekanan terhadap hutan karena tidak perlu membuka lahan yang luas.

 

 

Data produksi minyak sawit secara global menunjukkan bahwa kelapa sawit menghasilkan sekitar 3–4 ton minyak per hektar per tahun, bahkan bisa lebih dari 6 ton dengan pengelolaan intensif. Jika dibandingkan dengan tanaman minyak lain seperti jarak (0,5–2 ton), kedelai (0,4–0,6 ton), dan bunga matahari (0,5–0,8 ton), kelapa sawit 5–10 kali lebih efisien dalam menghasilkan minyak. Artinya, kelapa sawit membutuhkan lahan yang jauh lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah minyak yang sama dibandingkan komoditas lain. Dari sisi lingkungan, ini merupakan poin penting yang menunjukkan potensi sawit sebagai tanaman minyak yang lebih ramah lahan, asalkan pengelolaannya dilakukan dengan prinsip keberlanjutan, misalnya melalui sertifikasi RSPO dan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

 

Selain itu, kelapa sawit menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen seperti tanaman lain, sehingga berkontribusi dalam siklus karbon. Namun, peran kelapa sawit dalam mitigasi perubahan iklim tidak sebesar hutan primer yang memiliki kapasitas jauh lebih besar dalam menyimpan karbon. Oleh karena itu, menjaga kelestarian hutan primer tetap menjadi prioritas utama dalam upaya pengurangan gas rumah kaca.

 

Kelapa sawit tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki curah hujan cukup, sehingga tidak membutuhkan banyak air tambahan seperti irigasi besar-besaran. Tanaman ini memiliki masa produktif yang cukup panjang, yaitu sekitar 25 sampai 30 tahun. Dengan akar yang kuat dan kemampuan menyerap nutrisi secara efisien, tanaman ini tidak mudah menguras sumber daya air dan tanah secara berlebihan. Hal ini menjadikan kelapa sawit tanaman yang relatif ramah lingkungan jika dikelola dengan tepat dan bertanggung jawab.

 

Dari segi ekonomi, kelapa sawit memberikan manfaat besar, terutama bagi petani kecil dan pekerja di perkebunan. Dengan pengelolaan yang baik, kelapa sawit bisa menjadi sumber pendapatan yang stabil sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Varietas unggul juga membantu meningkatkan hasil panen dan kualitas minyak, sehingga lahan yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal.

 

Karena itu, anggapan bahwa kelapa sawit adalah penyebab utama deforestasi dan pemborosan air perlu dikaji ulang berdasarkan data dan fakta yang ada. Walaupun ada kontribusi, skala pengaruhnya jauh lebih kecil dibandingkan sektor pertanian lain dan faktor penyebab deforestasi lainnya. Sawit justru bisa menjadi solusi pertanian berkelanjutan yang mendukung ekonomi sekaligus menjaga lingkungan, asalkan pengelolaannya dilakukan dengan prinsip keberlanjutan dan tidak membuka hutan primer secara ilegal.

 

*RSPO = Roundtable on Sustainable Palm Oil

Berita Lainnya