Siasat Pemupukan Sawit Saat Harga Pupuk Naik
November 01, 2021
Selama pandemi dari tahun 2020, ketersediaan pupuk terbatas dan harganya pun mengalami kenaikan yang signifikan. Kondisi ini banyak dikeluhkan oleh para petani. Ada 2 faktor utama yang mempengaruhi kenaikan harga pupuk seperti saat ini.
Pertama-tama adalah masalah Commodity SuperCycle. Tahun 2020 hingga tahun ini disebut-sebut sebagai tahun Commodity SuperCycle seperti yang telah pernah terjadi sebelumnya di tahun 2007-2010.
Sebagaimana kita ketahui, pupuk yang beredar di dunia saat ini mempunyai kandungan Nitrogen, Phosphat dan Kalium yang merupakan bagian dari komoditi. Untuk contoh lain, bisa kita memantau harga tembaga, batu bara, timah, dan CPO dimana sepanjang tahun 2021 ini harga-harga terus naik dan sudah mencapai harga tertingginya dibanding beberapa tahun lalu.
Kita ambil salah satu contoh batu bara, saat tulisan ini dibuat di akhir bulan September 2021, harga batu bara sudah mendekati USD 210/MTon, dimana harga terendahnya di awal tahun 2020 berada pada harga USD 40-50/Mton.
Sementara itu, faktor lainnya adalah shortage container atau keterbatasan kontainer selama pandemi. Pemicunya dari masalah kontainer ini tidak lain karena adanya lockdown di sejumlah wilayah dan pembatasan perdagangan lintas wilayah yang mengakibatkan perputaran arus barang melalui kontainer menjadi terhambat.
Ini menyebabkan freight (ongkos angkut) kontainer juga naik gila-gilaan hingga ratusan persen. Kedua faktor inilah yang menyebabkan harga pupuk naik terus-terusan hingga saat ini.
Tentunya kami sebagai pemasok tidak ingin hal seperti ini terjadi berkepanjangan. Biasanya, harga yang naik secara terus-terusan akan kembali turun suatu saat nanti, mencari titik keseimbangan baru.
Meskipun, sepertinya akan berat harga pupuk akan kembali ke awal seperti harga sebelum pandemi. Penjelasan lebih lanjut tentang permasalahan ini bisa ditonton video pada channel YouTube kami: NPK Mutiara TV, yang berjudul, "TTO Eps 57: Bicara Pupuk GROWER, Efisiensi Pemakaian Pupuk, dan Harga Pupuk yang Naik Terus".
Kepala Agronomis PT Meroke tetap Jaya, Ermain menyarankan agar petani untuk mensiasati mahalnya harga pupuk dengan cara melakukan empat (4) hal dalam merespon situasi seperti saat ini agar hasil budidaya petani tetap optimal.
Yaitu, dengan mensubtitusi pupuk, melakukan pembenahan tanah, memakai agen hayati, dan menggunakan biostimulan.
"Saat harga pupuk tinggi, petani harus tetap melakukan pemupukan, jangan mengurangi dosis pupuk, dan pilih pupuk yang cocok sebagai substitusi yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri," papar Ermain.
Untuk substitusi pupuk ini, Ermain menganjurkan petani, misalnya untuk tanaman sawit. Jika susah mendapatkan NPK Mutiara 16-16-16 ataupun pupuk tunggal kami seperti MerokeMOP, pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman sawit bisa lengkap tercukupi dengan pemberian pupuk SS (AMMOPHOS) dan MerokeKKB.
Pupuk SS (AMMOPHOS) merupakan pupuk majemuk yang mengandung 16 % Nitrogen, 20 % Fosfat, dan 12 % Sulfur. Unsur-unsur hara tersebut merupakan komponen protein yang diserap pada awal pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan akar, daun, dan anakan), yang kemudian ditranslokasikan dalam tanaman dan berperan dalam peningkatakan hasil produksi.
Unsur hara P sangat diperlukan tanaman pada tahap pertumbuhan, terutama untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan akar. Sementara itu, unsur hara N dapat mempengaruhi ketersediaan dan meningkatkan penyerapan P.
Apabila unsur P diaplikasikan bersamaan dengan N, maka P akan lebih tersedia dan lebih banyak diserap tanaman dibandingkan bila P diaplikasikan sebagai pupuk tunggal.
Unsur hara S juga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, sehingga jumlah N yang diambil oleh tanaman lebih banyak. Sebagai pupuk majemuk, ketiga unsur hara dapat diberikan serentak pada saat bersamaan. Sebab, sudah ada dalam setiap butir pupuk SS (AMMOPHOS).
Sehingga, penyebaran hara lebih merata dan meningkatkan proses penyerapan hara oleh tanaman. Dengan demikian, jumlah unsur hara yang diserap tanaman menjadi lebih banyak bila dibandingkan diberikan secara terpisah.
Keunggulannya lainnya, pupuk SS (AMMOPHOS) memiliki kualitas majemuk granular dan Nitrogen dalam bentuk Amonium. Bila SS (AMMOPHOS) dicampur dengan MerokeKKB, akan menjadi pupuk sawit yang lengkap (N, P, K, Mg + B).
"Kombinasi pupuk majemuk SS (AMMOPHOS) dan MerokeKKB itu bisa menekan biaya pemupukan bila dibandingkan dengan pemakaian pupuk tunggal. Juga, pemakaian kedua pupuk ini dapat hemat tenaga kerja dan waktu," lanjut Ermain.
Adapun kandungan MerokeKKB itu 40 % Kalium Oksida, 6 % Magnesium Oksida, 4 % Sulfur, dan 0,8 % Boron Oksida. Rasio unsur hara dalam MerokeKKB ini ideal untuk tanaman sawit.
MerokeKKB bisa mengoptimalkan keseimbangan hara K:Mg di dalam tanah agar dapat diserap secara efisien oleh tanaman. Penggunaan pupuk dari Jerman ini bisa menghemat biaya aplikasi pemupukan hingga 3 kali jadwal pemupukan.
Bila dibandingkan dengan pupuk tunggal, biaya aplikasi pupuk MerokeKKB lebih hemat. Pemakaian 6 kg pupuk MerokeKKB setara dengan: 4 kg pupuk KCl/MOP; 1,3 kg pupuk SOLUMAG, dan 100 gram pupuk Borate.
Sehingga menjamin penyerapan dan penggunaan unsur hara K, Mg, dan B secara efisien oleh tanaman kelapa sawit. Dengan aplikasi 4-6 kg MerokeKKB per pohon yang dibagi menjadi 2 kali akan memenuhi kebutuhan K, Mg, dan B selama setahun pada Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit. A
dapun sejumlah keunggulan pupuk MerokeKKB lainnya di antaranya: cocok untuk semua tipe dan kondisi pH tanah, mengamankan kebutuhan K & Mg dengan rasio seimbang (7:1), menjamin penyebaran hara lebih merata di piringan, dan bisa diaplikasikan menggunakan mekanisasi (spreader).
Kalium pada tanaman sawit berperan dalam mengatur fungsi stomata pada daun serta berperan penting untuk transportasi asimilasi dan fotosintesis, mengaktifkan enzim, dan sintesa minyak. Unsur hara ini juga mempengaruhi kualitas dan kuantiitas tandan serta resistensi terhadap penyakit dan stres kekeringan.
Idealnya pupuk yang mengandung K diberikan 2-3 kali setahun, dan pada tanah gambut dan tanah berpasir sebanyak 3-4 kali setahun. Pemupukan harus dilakukan secara berimbang, dan dilakukan secara efektif dan efisien sesuai dengan ketersediaan hara di dalam tanah.
Untuk dosis pupuk, ditentukan berdasarkan umur tanaman, hasil analisis daun, jenis tanah, produksi tanaman, hasil percobaan, dan kondisi visual tanaman (Karmawati, 2012).
Sementara itu, Magnesium (Mg) sebagai salah satu unsur hara makro sekunder berperan penting untuk metabolisme Fosfat, respirasi tanaman, dan aktivasi enzim. Unsur hara ini merupakan elemen penting pada klorofil untuk fotosintesis.
Mg juga merupakan pusat atom dari molekul klorofil yang menjadi pigmen warna hijau di daun. Mg diperlukan tanaman sawit sebagai pompa untuk pergerakan unsur N, P, dan K ke dalam tanaman melalui dinding sel akar.
Peran penting lainnya adalah pembentukan minyak dalam biji. Hara makro sekunder ini bersifat 'mobile' di tanaman, sehingga defisiensi Mg akan tampak pada daun yang lebih tua. Gejala defisiensi Mg ditandai dengan klorosis pada bagian daun yang terkena sinar matahari secara langsung.
Defisiensi Boron (B) pada sawit terjadi bila pH tanah < 4,5 atau pH tanah > 7,5. Unsur hara ini cepat tercuci oleh air hujan. Defisiensi ditandai dengan munculnya daun yang keriting dan ujung anak daun melipat seperti mata pancing. Setelah itu, bentuk tanaman menjadi aneh, kaku, dan rapuh.
Berita Lainnya
September 25, 2024
Mengapa Sanitasi Lahan Penting untuk Keberhasilan Pertanian?
August 07, 2024
Durian, Buah Favorit dengan Produksi Terbesar di Jawa Timur
June 04, 2024