Bawang Daun Berkualitas: Kunci Nutrisi untuk Panen Berlimpah!
April 15, 2025 | Penulis: Rizqina Aulia
Bawang daun (Allium fistulosum L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki sejarah panjang dan potensi besar di Indonesia. Tanaman ini bukan asli Indonesia, melainkan berasal dari wilayah Asia, khususnya dari daerah Asia Tengah. Seiring waktu, bawang daun mulai berkembang dan menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Di negara kita, bawang daun menjadi salah satu bahan penting dalam masakan tradisional dan sering digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga.
Bawang daun termasuk dalam kategori sayuran berumur pendek atau semusim, seperti yang dijelaskan oleh Cahyono pada tahun 2009. Tanaman ini memiliki umur panen yang relatif cepat; tergantung pada kebutuhan, bisa dipanen dalam waktu dua bulan atau sekitar 80 hari setelah penanaman. Salah satu ciri khas bawang daun adalah kemampuannya untuk menumbuhkan anakan baru, sehingga membentuk rumpun yang subur. Dengan banyaknya anakan yang tumbuh, bawang daun dapat dikategorikan sebagai kualitas super jika menghasilkan banyak rumpun.
Klasifikasi dan morfologi bawang daun menunjukkan bahwa tanaman ini termasuk dalam genus Allium, yang juga mencakup bawang merah. Tinggi tanaman bawang daun dapat mencapai sekitar 60 cm. Jenis bawang daun yang selama ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah bawang bakung. Bawang bakung biasanya berbentuk berdaun bulat panjang dan di dalamnya ada rongga seperti pipa serta kadang-kadang mempunyai umbi.
Varietas bawang bakung yang populer dibudidayakan di wilayah Jawa Barat adalah bawang jalu dan bawang papak. Bawang papak cenderung lebih pendek dibandingkan bawang jalu yang biasanya digunakan untuk sayur sop. Selain itu, terdapat juga jenis lain seperti bawang leek yang memang tidak berumbi dan biasanya memiliki daun tipis atau berbentuk pipih serta tidak mempunyai rongga di dalamnya. Namun, untuk bawang daun jenis leek ini hanya mungkin ditanam di daerah tertentu saja dan tidak umum dibudidayakan.
Selanjutnya adalah bawang kucai, yang berukuran kecil dan berongga dengan ukuran daun kecil tetapi biasanya memiliki umbi. Budidaya bawang kucai tidak seperti bawang bakung karena lebih sering ditanam untuk kebutuhan rumah tangga saja. Berbeda dengan bawang jalu dan bawang papak yang dibudidayakan secara meluas untuk skala usaha. Meskipun bukan tanaman utama seperti cabai rawit atau kentang, bawang daun memiliki potensi besar di Indonesia.
Bawang daun dapat tumbuh di setiap daerah, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, dengan umur panen yang cepat. Harga bawang daun cenderung stabil dari sisi ekonomi; jika pun harganya merosot, tidak terlalu jauh. Di luar negeri, potensi hasilnya bisa tinggi; di Indonesia pun dengan asupan nutrisi yang bagus, ada petani-petani bawang daun yang potensi hasilnya bisa melebihi data BPS. Potensi daerah untuk budidaya bawang daun di Indonesia cukup besar, terutama di daerah Sulawesi, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Barat.
Jawa dan Sulawesi Utara menjadi sentra utama untuk penanaman bawang daun karena iklim dan tanahnya mendukung pertumbuhan tanaman ini. Dengan adanya banyak ditanam tersebut, ada potensi bagi pengembangan lebih lanjut meskipun tanaman ini bukanlah tanaman utama tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Selanjutnya adalah hasil produksi bawang daun yang baik; produksi yang baik berarti kuat dari segi kualitas maupun kuantitas hasil panen.
Ada banyak faktor yang mendukung agar hasil tanaman bawang daun yang dibudidayakan dapat meningkat. Salah satunya adalah syarat tumbuh harus diperhatikan yaitu lingkungan tempat tumbuh tanaman. Fenotipik dari suatu tanaman merupakan gabungan antara genotip dan lingkungan sehingga faktor lingkungan pun harus diperhatikan dengan baik. Kedua adalah pemilihan bibit yang bagus; bibit harus benar-benar berkualitas dan sebaiknya berumur tua yaitu sekitar 80 hari agar dapat dijadikan bibit.
Pemeliharaan tanaman juga harus dilakukan secara optimal karena berbeda dengan tanaman lainnya; pemeliharaan bawang daun memerlukan perlakuan khusus. Selain itu, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) harus diperhatikan karena jika terserang hama dan penyakit, produksi pun bisa berkurang. Terakhir adalah pemberian nutrisi yang seimbang; sama halnya dengan tanaman lainnya, tanaman bawang pun memerlukan unsur hara lengkap untuk tumbuh dan berkembang.
Dalam pemeliharaan bawang daun ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama adalah menjaga kelembaban tanah agar tetap lembab; tanah tidak boleh terlalu kering atau becek. Penyiraman dilakukan setiap 2-3 hari sekali untuk menjaga kelembaban tanah agar proses pembentukan anakan tidak terganggu. Jika terdapat tanaman yang mati atau kurang bagus pertumbuhannya, penyulaman perlu dilakukan dalam waktu 1-2 minggu setelah tanam dengan menggunakan bibit berumur sama agar pertumbuhan seragam.
Perempelan juga merupakan langkah penting dalam pemeliharaan; perempelan dilakukan untuk merangsang tunas baru agar berkembang dengan baik biasanya pada umur 30-35 hari setelah tanam hingga tiga kali dalam satu musim. Selain itu, penyiangan juga perlu dilakukan pada usia 35, 50, dan 65 hari untuk menjaga kebersihan area tanam dari gulma-gulma yang bersaing dengan tanaman tersebut.
Langkah berikutnya yang tak kalah penting adalah memastikan tanaman bawang daun terlindungi dari ancaman hama dan penyakit yang dapat mengganggu produktivitasnya. Pengendalian hama dan penyakit (OPT) sangat penting untuk menjaga hasil panen. Cuaca ekstrem, baik hujan maupun kemarau, sering kali menjadi pemicu serangan hama dan penyakit yang dapat merugikan petani. Oleh karena itu, pengendalian secara rutin perlu dilakukan untuk mencegah kerugian saat panen. Monitoring secara berkala juga diperlukan untuk mendeteksi adanya serangan hama sedini mungkin.
Unsur hara adalah faktor kunci lainnya dalam budidaya bawang daun; tanaman ini memerlukan nutrisi lengkap agar dapat tumbuh dengan baik. Unsur hara makro seperti nitrogen, fosfat, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur harus dipenuhi agar tanaman dapat berkembang optimal. Selain itu, unsur hara mikro juga penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga semua kebutuhan unsur hara dapat terpenuhi dengan baik.
Jika kekurangan salah satu unsur hara maka akan terjadi defisiensi; defisiensi ini menjadi faktor pembatas untuk hasil panen maksimal. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman; biasanya pada fase vegetatif diperlukan asupan nitrogen dan fosfat yang banyak sementara kaliumnya sedikit agar daunnya lebih hijau dan anakannya lebih banyak serta perakarannya lebih baik.
Di fase generatif menjelang panen sekitar umur 50-60 hari—karena pada umur 70 hari sudah bisa dipanen—asupan nitrogen tetap diperlukan tetapi kalium menjadi unsur dominan karena kita menginginkan bobot hasil panen lebih besar. Dari kebutuhan nutrisi tersebut memang porsi terbanyak dari kebutuhan unsur haranya adalah nitrogen sebagai porsi terbesar kemudian fosfat baru kalium.
Ada jurnal dari Asian Journal of Plant Science bahwa pemberian dosis nitrogen dalam bentuk N 150 kilogram per hektar, fosfat 100 kilogram per hektar, dan kalium 50 kilogram per hektar itu bisa berpengaruh baik terhadap tinggi tanaman, panjang daun, dan jumlah anakan sehingga produksi pun bakal lebih banyak. Untuk program pemupukan biasanya ada empat hingga lima kali pemupukan per hektar; pupuk dasar diberikan pada umur tujuh HST dengan dosis SS (AMMOPHOS) 300 kilogram dan MerokeMOP 50 kilogram.
Pada usia 15-20 HST diberi NPK Mutiara SPRINTER sebanyak 150 kilogram dan KARATE PLUS BORONI sebanyak 50 kilogram; selanjutnya di usia 30 HST masih sama pupuknya tetapi dosis lebih sedikit yaitu NPK Mutiara SPRINTER 100 kilogram dan KARATE PLUS BORONI 50 kilogram. Di usia 45 HST masih menggunakan NPK Mutiara SPRINTER sebanyak 150 kilogram dan KARATE PLUS BORONI sebanyak 50 kilogram; terakhir pada usia 60 HST atau sekitar dua bulan baru masuk NPK Mutiara GROWER sebanyak 100 kilogram dan SuburKali BUTIR sebanyak 50 kilogram.
Dengan memperhatikan semua aspek budidaya mulai dari pemilihan bibit berkualitas hingga pemberian nutrisi seimbang sesuai fase pertumbuhan tanaman serta pemeliharaan yang tepat, petani dapat meningkatkan produksi bawang daun secara signifikan. Tanaman ini tidak hanya bernilai ekonomis tetapi juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih luas di berbagai daerah di Indonesia demi meningkatkan kesejahteraan petani serta memenuhi kebutuhan pasar akan sayuran berkualitas tinggi.
**Untuk melihat program pemupukan tanaman bisa cek website kami atau download Apps Petani Cerdas di Google Playstore.