Regenerasi Pertanian, untuk Menjaga dan Melestarikan Budaya Bangsa

January 13, 2023
Regenerasi Pertanian, untuk Menjaga dan Melestarikan Budaya Bangsa

 

"Bertani itu budaya kita sebagai negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang potensial. Saya gak mau budaya itu hilang. Regenerasi pertanian itu perlu untuk menjaga dan melestarikan budaya bangsa," ujar Juniwan Badai Sagara, yang akrab dipanggil Kang Badai.

 

Itulah alasannya, Kang Badai sangat mengapresiasi anak-anak muda yang tertarik bertani, meski metodenya ada yang beda dari generasi sebelumnya. Dari yang pertanian konvensional di lahan menjadi pertanian modern dengan menggunakan teknologi yang lebih presisi, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal.  

 

 

Jatuh Cinta dengan Pertanian  

 

Sewaktu usianya masih 20 tahun-an, pria yang menempuh pendidikan perbankan ini sudah jatuh cinta dengan pertanian. Sehingga, membuatnya termotivasi tinggi mengembangkan beberapa usaha pertaniannya, dari hulu hingga ke hilir. Yaitu dari usaha pembenihan kentang, budidaya kentang, dan pengolahan kentang menjadi produk-produk turunan seperti keripik.

 

 "Untuk awal saya tertarik, menekuni pembenihan kentang itu tahun 2010. Alasannya, karena saya melihat potensi komoditi pertanian di tanah kelahiran saya, Pangalengan, adalah kentang. Saya mikirnya sederhana waktu itu, tidak akan ada kentang, jika bibitnya tidak ada," tutur Kang Badai.

 

 

Selain itu, ketertarikannya terjun dalam usaha pembenihan kentang, didasari dari permasalahan yang ada di wilayahnya. Saat itu, Kang Badai melihat para petani susah mendapatkan benih yang berkualitas. Jikalau pun ada di pasaran, menurutnya, kurang meyakinkan.

 

"Padahal sumber benih itu kan penting untuk para petani," ucap Kang Badai yang tahun ini genap berusia 33 tahun.  

 

 

Usaha Pembenihan Kentang  

 

Dalam usaha pembenihan kentang yang dikembangkannya, yaitu Sagara Agri Bandung, Kang Badai mulai dengan benih kentang konsumsi, varietas granola L. Beberapa tahun kemudian, berlanjut dengan jenis kentang produksi, varietas Cipanas dengan kelas benih G0. Varietas tersebut untuk pesanan wilayah kerinci.  

 

"Saya juga mengembangkan benih kentang industri, dengan varietas medians, bonito, dan spudy. Kentang jenis inilah yang saya olah menjadi aneka ragam produk turunan," ujarnya yang berprinsip bahwa dalam pertanian itu yang terpenting adalah keberanian.  

 

Menjalankan usaha pembenihan kentang, Kang Badai memilih konsep yang modern. Sebuah metode pertanian yang berbeda, dari generasi sang ayah yang merupakan seorang petani. Dimana, Kang Badai memiliki 3 (tiga) greenhouse dengan menggunakan sistem fertigasi tetes agar lebih mengoptimalkan penyerapan nutrisi oleh tanaman. Sehingga, benih yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.  

 

 

"Karena dari benih yang berkualitas baik, lahan yang diolah baik, maka kita bisa memproduksi kentang yang juga berkualitas. Ada nilai lebih kan untuk sebuah produk yang berkualitas tinggi," sambungnya yang dalam usaha benihnya juga bermitra dengan para petani lainnya di Pangalengan dan sekitarnya.  

 

Lanjut Kang Badai, dalam usahanya ini, yang membuatnya tetap bertahan dan konsisten adalah keberadaan pasar untuk menjual produk-produknya.  

 

"Sebelum membangun suatu usaha, khususnya di pertanian, bukan hanya berbicara produksi saja tapi justru pasarnya yang perlu di pastikan. Kenapa? Sebab dengan fluktuasi harga yang terkadang tidak terakomodir, bisa membuat tidak adanya sentralisasi produk dari suatu wilayah," tegasnya.  

 

Bagi Kang Badai, dalam membangun usaha yang bisa bertahan bertahun-tahun, pondasinya itu terletak pada niatnya. Kemudian, apa yang dikehendaki dari usahanya.   "Sebab, kesuksesan itu bukan dari apa yang sudah dipunya dan dilihat secara visual, namun sudah berdampak apa pada masyarakat sekitar," pesannya.

Berita Lainnya