Petani Muda Eks Perhotelan Ini Belajar Pertanian Sampai ke Taiwan

October 10, 2022
Petani Muda Eks Perhotelan Ini Belajar Pertanian Sampai ke Taiwan

 

"Awalnya ga tertarik, di hotel lebih bersih. Dahulu itu malu jadi petani. Malas kotor-kotoran, badan jadi hitam juga. Tapi, saya harus me-regenerasi ayah saya yang seorang petani. Saya coba-coba belajar. Seiring berjalannya waktu, meski kotor-kotoran & panas-panasan, tapi hasilnya lebih dari kerja di hotel," ujar Kiki Supriatna, petani muda di Cibodas, Lembang, Jawa Barat.

 

Lahir dan besar di Lembang, kecintaan Kiki terhadap tanah kelahirannya membuatnya memutuskan jadi seorang petani di usia yang masih muda. Padahal, Kiki yang lulusan sekolah perhotelan ini telah bekerja di sebuah restoran di kota Bandung.

 

Kini, sudah lebih dari 6 tahun, Kiki berprofesi sebagai petani sayur-sayuran di Lembang, di antaranya brokoli, selada romaine, tomat sayur, dan tomat cherry. Kiki sempat merasakan magang dari program Kementerian Pertanian, di sebuah lahan pertanian di Taiwan.

 

"Saya ke Taiwan tahun 2019. Itu iseng-iseng aja ikut program Kementerian Pertanian. Setelah lolos seleksi selanjutnya, saya menetap di Taiwan 1 tahun untuk belajar pertanian di sana," ujar Kiki.

 

Sambung Kiki, secara umum pertanian di Taiwan berbeda dengan di Indonesia. Di Taiwan, pertanian mengandalkan teknologi yang sudah automatisasi. Misalnya untuk penyiraman dan penyemprotan. Teknologi itu sangat memudahkan petani bercocok tanam.

 

"Di sana kan SDM yang terjun ke pertanian sedikit, sementara lahannya luas-luas. Jadi teknologi itu dibuat mereka untuk membantu kegiatan bertani. Saat panen juga lebih simpel. Intinya, padat modal. Kalau kita kan padat karya," ucap Kiki.

 

Awal kedatangannya di Taiwan, sebulan pertama, Kiki bertanam tebu yang luas lahannya 150 hektare. Untuk pengelolaannya dilakukan bersama 1 petani lainnya. Kemudian, pindah ke lahan paria, lalu berlanjut padi, labu, melon, dan lain-lain.

 

"Dituntut harus bisa belajar semua tanaman. Nah, untuk penjualan juga harus bisa. Saya itu diajarkan tanam sendiri, didistribusikan sendiri. Di sana, hasil panen ditempel barcode, dibawa ke pasar, terus di scan barcodenya. Uang langsung masuk ke aplikasi kita," cerita Kiki antusias.

 

Balik ke Indonesia, dari ilmu yang didapatkan saat di Taiwan tersebut, menjadi bekal Kiki bersama Budirahayu Farm mengembangkan lahan pertanian sayur-sayuran di Lembang. Terutama, untuk jenis tanaman brokoli dan lettuce romaine.

 

 

"Di Lembang ini, saya bersama Budirahayu Farm mengelola 30 persen brokoli, 70 persen selada romaine. Sengaja banyak tanam selada romaine, agar kalau ada yang mau beli romaine, ingat Budirahayu Farm," imbuh Kiki yang bersama mitra petani di 3 desa di Lembang, pernah ekspor ke Taiwan 20 ton brokoli dalam 1 minggu.

 

Selada Romaine

 

"Tanam selada romaine di Lembang itu termasuk varietas baru. Awalnya, cari pasar dulu, baru produksi. Awal-awal gak laku, tapi karena konsisten, Budirahayu Farm jadi distributor selada romaine di Cibodas. Bahkan, sekarang malah dicari," bangga Kiki perjuangannya berbuah hasil.

 

Selada romaine yang ditanam bersama Budirahayu Farm disalurkan juga ke berbagai hotel, restoran makanan cepat saji, dan perusahaan salad terbesar di Indonesia. Selain itu, masuk ke pasar modern dan pasar tradisional di Pontianak, Surabaya, dan Jakarta. Tergantung grade-grade dari tanaman yang dipanen.

 

Untuk penanamannya, selada romaine yang ditanamnya memiliki populasi 60.000 tanaman per hektarenya, dan dilakukan secara monokultur. Alasannya, karena masing-masing tanaman memerlukan nutrisi berbeda-beda.

 

"Kendala di selada romaine ini, muncul kalau diguyur hujan. Bakteri cepat naik. Selada romaine juga susah keras, susah dibikin bagus. Cara menghadapinya dengan pemberian nutrisi yang TEPAT. Dan, penyemprotan pestisida. Agar tanaman memiliki imun dan kekebalan tubuh yang baik," ungkapnya.

 

Menurutnya, cara tersebut didapatkannya dari pengalamannya bertani di Taiwan. Dimana, salah satu kunci kesuksesan bertani di Taiwan ada pada pemberian nutrisi melalui pemupukan yang diracik sendiri dan diberikan ke tanaman sesuai dengan fase pertumbuhan, baik secara vegetatif maupun generatif.

Berita Lainnya