Perbaiki Manajemen Budidaya untuk Maksimalkan Produksi & Produktivitas Sawit

April 28, 2022
Perbaiki Manajemen Budidaya untuk Maksimalkan Produksi & Produktivitas Sawit

 

Selama pandemi, fluktuasi harga minyak kelapa sawit di dunia menarik perhatian para pelaku pertanian. Dari yang sempat terjun pada kisaran 1.900-2.000 MYR per ton pada Mei 2020 silam, hingga akhirnya bangkit dan terus menunjukkan tren positif. Bahkan, menunjukkan harga terbaiknya sepanjang 25 tahun terakhir pada awal bulan Maret ini dengan harga kisaran 6.000-7.000 MYR per ton.

 

Dengan harga minyak sawit demikian, sudah saatnya para pelaku perkebunan sawit, terutama perkebunan sawit rakyat, memperbaiki manajemen budidayanya untuk memaksimalkan produksi dan produktivitas tanaman.

 

Bicara produksi tidak akan bisa lepas dari jumlah janjang/tandan dan berat janjang/tandan. Dimana produksi sama dengan, rata-rata jumlah janjang atau tandan per pokok yang dikalikan berat janjang atau tandan rata-rata.

 

Bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi jumlah dan berat janjang, semakin tinggi juga produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit.

 

“Lalu bagaimana meningkatkan jumlah dan berat janjang agar produksi dan produktivitas kelapa sawit tinggi???”

 

 

Jawaban yang relevan yaitu dengan menerapkan, “KONSEP USAHA TANI TERPADU”. Konsep ini merujuk pada 5 poin: penggunaan bibit unggul, perawatan tanaman, pemupukan, pengendalian hama & penyakit serta panen.

 

Pada poin pertama, penggunaan bibit unggul, sebaiknya selalu menggunakan klon-klon yang memiliki produktivitas tinggi, tahan hama dan penyakit, serta hindari pemakaian bibit cabutan atau kentosan. Bibit unggul bisa dipesan di beberapa perusahaan benih unggul, salah satunya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

 

Varietas yang sudah memenuhi syarat bibit unggul karena memiliki produktivitas tinggi di atas 30 ton per Hektare per tahun serta syarat lainnya yang disebutkan di atas, di antaranya: DxP Yangambi, DxP Lame, DxP Sungai Pancur, DxP Marihat, dan lain-lain.

 

 

Beralih ke poin kedua, dalam hal perawatan tanaman sawit, ada beberapa perlakuan yang bisa diterapkan. Pertama, dengan cara mengoptimalkan populasi tanaman per hektar/jarak tanam (136 -143 pokok/hektar) saat dilakukan awal penanaman.

 

Kemudian, dilakukan penanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai penutup tanah (Calopogonium sp, Centrosoma Pubescens, Pueraria Javanica, Mucuna Bracteata). Selanjutnya, pengendalian gulma anak kayu, pakisan dan lalang (biarkan rumput lunak dan hindarkan clean weeding/semprot total).

 

Serta, maksimalkan sarana dan prasarana panen serta akses-akses jalan produksi. Memasuki poin ketiga, yaitu pemupukan. Pemberian nutrisi melalui pemupukan ini sangat direkomendasikan diberikan setidaknya 13 unsur hara ke tanaman sawit yang terdiri dari 6 hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan 7 hara mikro (Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, B, dan Cl).

 

 

Dalam pemupukan ini harus menggunakan konsep 5 TEPAT (TEPAT Waktu, TEPAT Jenis, TEPAT Dosis, TEPAT Cara, TEPAT Ekonomis). Tujuannya, untuk menyuplai tanaman kelapa sawit dengan hara yang cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman dan fase pertumbuhannya.

 

Sehingga target hasil panen yang tinggi dan berkualitas pada tahun mendatang akan tercapai. Karena itulah, pembudidaya sawit perlu mengetahui berapa banyaknya asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman kelapa sawit.

 

Menurut Taniputra dan Panjaitan (1981), untuk memproduksi 25 ton tandan buah segar (TBS) per hektar, tanaman sawit membutuhkan unsur hara sebagai berikut: 190 kg N; 60 kg P2O5; 300 kg K2O; 100 kg MgO; dan 30 kg S.

 

Saat harga pupuk tinggi seperti sekarang-sekarang ini, petani harus tetap melakukan pemupukan. Sebaiknya, tidak mengurangi dosis pupuk dan pilih pupuk yang cocok sebagai substitusi yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri.

 

Agar lebih efisien dan ekonomis, saat ini dengan dukungan teknologi yang canggih, sudah banyak beredar pupuk majemuk. Dimana, ada lebih dari satu unsur hara yang terkandung dalam setiap butir pupuknya.

 

Seperti, MerokeKKB & SS (AMMOPHOS) yang dari PT Meroke Tetap Jaya. Kombinasi dua pupuk tersebut, sudah mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman sawit.

 

Di poin hama & penyakit tanaman, biasanya tanaman sawit terserang kumbang tanduk, ulat api, busuk pangkal batang, penyakit tajuk, dan busuk buah. Perlu dipersiapkan fungisida dan insektisida dengan bahan aktif yang tepat untuk menghadapi serangan tersebut. Poin terakhir, panen.

 

Saat memanen, tidak semata-mata hanya mengambil hasil dari produksi tanaman. Ada beberapa perlakuan yang sangat direkomendasikan agar pertumbuhan sawit pada musim tanam berikutnya bisa tetap optimal.

 

Di antaranya mempertahankan rotasi panen 7-10 hari, memanen semua buah matang/masak (hindari buah matang tidak terpanen dan hindari panen buah mengkal/mentah), mengutip semua brondolan baik di ketiak pelepah, piringan, pasar pikul maupun di TPH, dan menghindari buah restan/tidak terangkut hari itu ke PKS, serta mempertahankan jumlah pelepah antara 48-56 (songgo 2).

Berita Lainnya