PT MEROKE TETAP JAYA
Jurnal Mutiara | 007

Strategi Anti Gagal Budidaya Cabai di Musim Hujan dengan Aplikasi Kalsium

Abstrak

Budidaya cabai sangat rentan terhadap fluktuasi iklim, di mana musim hujan menyebabkan penurunan produksi drastis akibat genangan air, busuk akar, kerontokan bunga, dan serangan penyakit. Dengan tren kenaikan konsumsi cabai tahunan, strategi mitigasi sangat krusial. Artikel ini menyajikan pentingnya Kalsium (Ca) sebagai solusi anti-gagal di musim hujan. Ca memperkuat dinding sel tanaman dan mengaktifkan sistem kekebalan (memicu enzim antioksidan) untuk melawan stres genangan air dan infeksi patogen. Aplikasi Ca terbukti meningkatkan bobot buah dan persentase pembentukan buah (fruit set), menjadikannya unsur hara esensial untuk menjamin kontinuitas dan kualitas panen cabai di lingkungan ekstrem.

 

Kata kunci: Cabai, Kalsium (Ca), Musim Hujan, Dinding Sel, Ketahanan Tanaman, Fruit Set.

 

Pembahasan

Kenaikan konsumsi cabai dari tahun ke tahun menjadikan cabai sebagai komoditas unggulan yang memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan. Pada tahun 2022 konsumsi cabai perkapita naik sebesar 7,8% dari tahun sebelumnya, kemudian pada tahun 2023 juga terjadi kenaikan konsumsi cabai perkapita sebesar 7,2% (BPS, 2024). Kenaikan angka konsumsi cabai pertahunnya menunjukkan bahwa kedepannya cabai memiliki potensi besar untuk terus berkembang.  

 

Namun dalam perjalananan budidayanya selama satu tahun, harga dan produksi cabai selalu mengalami fluktuasi ekstrem khususnya saat musim hujan dan musim kemarau. Pada saat musim hujan produksi cabai menurun dikarenakan tingginya curah hujan dan masifnya penyebaran hama dan penyakit. Pada musim hujan umumnya terjadi lonjakan harga dikarenakan minimnya stok produksi cabai di lapangan. Kebalikannya, saat musim kemarau biasanya produksi cabai tergolong tinggi namun dalam kondisi kemarau panjang cabai sering sekali mengalami gagal panen akibat kekeringan. Pada musim kemarau cabai biasanya mengalami penurunan harga karena melimpahnya stok cabai di pasaran (Nuha et al. 2023). Lalu bagaimana teknik budidaya agar tanaman dapat bertahan dalam kondisi lingkungan tersebut?

 

Pada saat musim hujan, curah hujan yang tinggi menyebabkan tingginya kelembapan udara dan tanah bahkan terjadi genangan di lahan. Tanaman cabai merupakan tanaman yang sensitif pada genangan air namun cukup toleran pada cekaman kekeringan. Genangan air di pertanaman cabai dapat membuat akar tanaman busuk sehingga pertumbuhan tanaman terlambat. Tetesan air pada hujan juga dapat mengugurkan bunga sehingga mengurangi potensi panen buah karena kerontokan bunga yang tinggi. Selain itu, kelembapan yang tinggi menyebabkan buah sukar matang sempurna sehingga dipanen dalam keadaan belum matang sempurna yang berdampak pada rendahnya bobot buah dan kandungan capcaisin (rasa pedas) yang rendah. Kondisi kelembapan yang tinggi ini, juga mendukung peningkatan resiko serangan penyakit yang dapat merusak tanaman hingga gagal panen (Ikararwati, 2018).

 

Salah satu faktor yang berpengaruh untuk meningkatkan ketahanan tanaman pada kondisi lingkungan ekstrem adalah pemupukan berimbang. Selain unsur hara nitrogen, pospor, dan kalium yang diberikan tanaman juga memerlukan unsur hara lain salah satunya kalsium (Ca). Ca merupakan unsur hara makro yang sering diabaikan oleh petani. Ca memegang peranan penting pada tanaman karena diperlukan dalam pembelahan dan pemajangan sel.  Ca berperan dalam pembentukan dinding sel sebagai perekat antar dinding sel sehingga sel tanaman menjadi kokoh.  Ca banyak dibutuhkan tanaman pada pertumbuhan vegatatif yang akan berkaitan erat dengan hasil dan kualitas buah. Hasil studi Wang et al. 2024 menujukkan bahwa pada tanaman hortikultura, kekurangan Ca dapat menyebabkan kehilangan hasil sebesar 50%. Kekurangan unsur hara ini dapat menyebabkan dinding sel tanaman tidak kokoh sehingga memungkinan munculnya kerusahakan fisik tanaman dan rentan infeksi hama dan penyakit.

 

Bagaimana ketersediaan Ca pada tanah?

 

Ketersediaan Ca pada tanah bersifat immobile karena terikat pada partikel tanah (koloid) bermuatan negative serta pergerakannya terbatas pada aliran massa. Faktor yang menghambat pergerakan Ca dalam tanah adalah tingkat keasaman (pH) tanah, kompetisi dengan ion lain, dan tekstur tanah yang liat. Kalsium pada tanah tersedia pada pH tanah >6 sehingga kondisi tanah masam dapat menyebabkan tanah kehilangan Ca karena digantikan Al dan H sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Penyerapan unsur hara Ca pada tanaman juga berkompetisi dengan ion lain seperti Mg²?, K?, NH??. Hal ini dapat terjadi karena kation yang bersaing mengisi tempat pada koloid tanah yang bermuatan negatif. Koloid tanah hanya memiliki jumlah muatan negatif terbatas, sehingga ion-ion tersebut berebut posisi adsorpsi. Tekstur tanah juga menjadi salah satu faktor penentu penyerapan unsur hara karena pada kondisi tanah liat air sukar bergerak sehingga pergerakan ca yang bergantung pada aliran massa air dapat terhambat.  Kalsium diserap oleh tanaman melalui aliran massa air yang masuk di ujung akar muda. Ca hanya dapat ditranslokasikan melalui xylem dan tidak dapat ditranslokasikan melalui floem. Kondisi tersebut menyebabkan Ca tidak bisa dipindahkan dari daun tua ke daun muda sehingga gejala defisiensinya muncul di jaringan muda tanaman terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut, program pemupukan berimbang pada tanaman cabai perlu diperhatikan agar penyerapan setiap unsur hara optimal.

 

Bagaimana peran Ca pada tanaman cabai di musim hujan?

 

Penambahan unsur hara Ca pada musim hujan menjadi penting karena ketersediaannya didalam tanah terbatas akibat tercuci. Pengaplikasian pupuk Ca dapat dengan memberikan Pupuk Majemuk Karate Plus Boroni dengan kandungan Ca 26% atau MerokeCalnit dengan kandungan Ca 26% untuk tanaman hidroponik. Selain dapat menyediakan unsur hara Ca, pemberian Pupuk Majemuk Karate Plus Boroni juga dapat meningkatkan pH tanah. Saat musim hujan, pH tanah cenderung menurun (asam) karena curah hujan tinggi yang dapat mencuci unsur hara dan meningkatkan keasaman tanah. Air hujan mengandung karbon dioksida yang terlarut, sehingga memiliki sifat asam. Oleh karena itu, pemberian Pupuk Majemuk Karate Plus Boroni dianjurkan pada saat musim hujan.

 

Ca pada tanaman dapat memperkuat dinging sel tanaman sehingga dapat mencegah kerontokan bunga dan buah, memperkuat jaringan buah, dan meningkatkan ketahanan fisik tanaman. Ca pada tanaman berfungsi untuk menjaga integritas dinding sel dengan mengatur permeabilitas air. Hal tersebut membantu distribusi air dalam tanaman menjadi seimbang saat musim hujan sehingga pecahnya sel yang menyebabkan kebusukan pada tanaman akibat kelebihan air dapat diatasi. Kalsium juga berperan sebagai sinyal sekunder dalam aktivasi sistem kekebalan tanaman. Melalui perannya ini, Ca memicu ekspresi gen pertahanan dan meningkatkan produksi senyawa antioksidan seperti enzim superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), dan peroksidase (POD) yang membantu tanaman melawan stres oksidatif dan serangan patogen. Secara keseluruhan, mekanisme kerja kalsium membantu tanaman cabai untuk tetap tumbuh optimal dan menghasilkan buah berkualitas tinggi meskipun dalam kondisi cekaman lingkungan ekstrem seperti musim hujan.

 

Berdasarkan hasil riset, pengaplikasian Ca pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan toleransi tanaman pada kondisi lingkungan ekstrem. Ca dapat memodulasi pertumbuhan tanaman melalui pengaruh pada keseimbangan air dan ekspresi gen pertahanan. Hal ini dapat terjadi karena kalsium memperkuat dinding sel dan mengaktifkan sistem antioksidan tanaman, membantu cabai bertahan terhadap stres genangan air (Cao et al. 2024). Selain itu, pada musim hujan aplikasi kalsium 5 g/L dapat meningkatkan bobot buah sebesar 8,5% dan menekan susut bobot buah sebesar 42%. Kombinasi aplikasi pada 7 MST dengan konsentrasi 5 g/L menghasilkan fruit set sebesar 94,43% (Setyaningsih, 2023). Hasil riset lain juga menunjukkan bahwa aplikasi kalsium dapat meningkatkan bobot buah sebesar 56,7% dan fruitset sebesar 48,4% (Ariyadni, 2019).

 

Riset menunjukkan bahwa kalsium juga berperan penting dalam interaksi tanaman dengan mikroba, termasuk dalam pengenalan patogen dan aktivasi respons pertahanan tanaman. Sinyal kalsium memediasi aktivasi gen pertahanan dan produksi spesies oksigen reaktif, yang penting dalam mekanisme ketahanan tanaman terhadap pathogen (Ranty, 2023). Pemberian kalsium berperan untuk memicu sistem kekebalan tanaman dan menurunkan tingkat infeksi penyakit busuk akar. Ca pada tanaman cabai mempengaruhi mekanisme pertahanan tanaman dengan mengatur ekspresi gen responsif terhadap stres dan patogen, serta berkontribusi pada ketahanan terhadap suhu tinggi (Ji et al. 2020). Aplikasi Ca secara signifikan mengurangi indeks penyakit Fusarium hingga 25% dan meningkatkan perlindungan tanaman sebesar 69,6%. Perlakuan ini juga meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan kandungan fenol total, yang berkontribusi pada peningkatan ketahanan tanaman terhadap pathogen (Attia, 2023).

 

Dengan pendekatan pemupukan yang tepat, khususnya melalui pemanfaatan unsur hara kalsium, budidaya cabai dapat menjadi lebih adaptif terhadap perubahan musim dan tantangan lingkungan. Strategi ini tidak hanya menjamin kontinuitas produksi dan kualitas hasil panen, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi petani cabai di tengah fluktuasi iklim dan pasar yang dinamis. Oleh karena itu, integrasi kalsium dalam program pemupukan cabai bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah kebutuhan menuju pertanian hortikultura yang berkelanjutan.

 

DAFTAR PUSTAKA

  • Ariyadni, D. R. (2019). Pengaruh Pupuk Kalsium Dan Giberelin Pada Pertumbuhan, Hasil, Dan Kualitas Cabai Besar (Capsicum Annuum) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
  • Attia, M. S., Soliman, M. H., Abd-Elkader, D. Y., & Al-Amri, S. M. (2023). Potential impacts of Ascophyllum nodosum, Arthrospira platensis extracts and calcium phosphite as therapeutic nutrients for enhancing immune response in pepper plant against Fusarium wilt disease. Biomass Conversion and Biorefinery. https://doi.org/10.1007/s13399-023-03949-9
  • Cao, M., Song, H., Zhou, W., Liu, L., Yuan, Z., & Sun, M. (2022). Cell wall reinforcement and antioxidant activation regulate Capsicum annuum L. response to waterlogging stress. Frontiers in Plant Science, 13, 926084. https://doi.org/10.3389/fpls.2022.926084
  • Ikrarwati et al. 2018. Budidaya Cabai di Perkotaan Sebuah Panduan Teknis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Jakarta
  • Jin, J., Zhang, S., Zhang, X., & Jia, C. (2020). The CaChiVI2 gene of Capsicum annuum L. confers resistance to Phytophthora capsici and high temperature stress. Frontiers in Plant Science, 11, 219. https://doi.org/10.3389/fpls.2020.00219
  • Nuha, M. R., Putri, T. A., & Utami, A. D. (2023). Pendapatan Usahatani Cabai Merah Berdasarkan Musim di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia28(2), 323-334.
  • Ranty, B., Aldon, D., & Cotelle, V. (2023). The captivating role of calcium in plant–microbe interaction. Frontiers in Plant Science, 14, 1248648. https://doi.org/10.3389/fpls.2023.1248648
  • Setianingtiyas, Feni (2023) Pengaruh Waktu Aplikasi dan Konsentrasi Pupuk Kalsium (Ca) Terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Buah pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.). Skripsi thesis, Universitas Jenderal Soedirman
  • Wang, J., Jia, Y., Zhou, D., Wang, J., Zhang, Y., & Hu, X. (2024). Ca2+ plays an important role in regulating the integrated growth of Capsicum annuum L. under coupled water–calcium treatment. Scientia Horticulturae328, 112937.

 

 

 

Jurnal Lainnya