Dari Peng'Anggur'an, Kini Cuan dari Si Mungil 'Semangka Madu'

July 03, 2023 | Penulis: Denny Purwanto
Dari Peng'Anggur'an, Kini Cuan dari Si Mungil 'Semangka Madu'

 

Terletak di Kabupetan Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kawasan Parangtritis memiliki kharisma yang memikat untuk menarik wisatawan dari sektor wisata dan kuliner. Keindahan alamnya yang mempesona, selain pantai, juga menyimpan potensi yang sangat besar di bidang pertanian meskipun tidak memiliki lahan pertanian yang luas.

 

Sebagai kawasan yang identik dengan pantai, Parangtritis mempunyai pemandangan yang unik berupa gunung-gunung pasir yang disebut gumuk pasir. Menariknya, saat ini sudah banyak yang bercocok tanam di sekitaran pantai Parangtritis, seperti melon, semangka dan bawang merah.  

 

 

Dari situlah, lahir petani-petani yang menginspirasi untuk bertanam di gumuk pasir. Ada Robet Shodik Manunggal atau yang akrab disapa Shodik. Bagi peng'anggur'an, nama tersebut sudah tidak asing. Karena memang Shodik sudah cukup lama menjadi petani, sekitar awal tahun 2000-an. Dan, termasuk penggiat dan pelopor tanaman anggur di wilayah Yogjakarta dan sekitarnya.  

 

Sukses bertanam anggur, Shodik penasaran budidaya tanaman lainnya yang di matanya eksotik. Salah satunya, semangka golden atau terkenal dengan sebutan semangka madu.  

 

Budidaya Semangka Madu  

 

Ukuran semangka madu termasuk mini, kisaran 1-1.5 kg. Kulitnya berwarna kuning dan sedikit corak warna hijau, ini menjadi ciri khas semangka madu. Segmentasi pasar dari jenis semangka ini ada di daerah kota-kota besar, yang permintaannya terus meningkat sepanjang tahun.  

 

"Daya tarik semangka madu itu, karena ukurannya kecil. Konsumen bisa sekali makan, berbeda dengan jenis semangka lainnya yang memiliki ukuran besar. Tidak bisa sekali makan dan akan berbeda rasanya jika di berbeda saat dimasukkan ke kulkas," ujar Shodik.

 

 

Dalam budidaya semangka madu, terbilang tidak terlalu sulit, hampir sama dengan semangka lainnya. Dengan kreativitasnya, Shodik bereksperimen bertanam semangka madu di planter bag yang ukurannya 40 liter. Sementara, media tanamnya: tanah pasir, sekam bakar, serta pupuk kandang dengan komposisi 60% : 30% : 10%.  

 

Untuk sistem rambatan tanamannya, menggunakan sistem gantung agar memaksimalkan lahan yang ada. Keunggulan sistem ini, memudahkan perawatan serta pengendalian hama & penyakit (HPT).   Meski demikian, ada yang perlu diperhatikan. Yaitu, pembudidaya harus rajin merambatkan daunnya. agar daun-daun tidak saling bertumpuk dan merambat ke bawah lagi.

 

"Penggunaan sistem gantung juga lebih efektif, dimana penyinaran matahari dan sirkulasi udara lebih optimal. Daunnya pun tidak banyak yang bertumpuk," imbuh Shodik.  

 

Pembentukan buah umumnya dilakukan di ruas 9-13. Satu tanaman dapat dibuahkan sampai 2-3 buah semangka. Juga, pembentukan buah dilakukan 1 pohon dengan 2 buah, yang berat rata-ratanya 1-1,5 kg/ buah. Semangka madu mulai bisa dipanen pada umur 55-60 hari setelah tanaman.  

 

Fertigasi dipilih Shodik untuk sistem pengairannya. Sementara itu, pemupukannya dilakukan secara ditabur. Sebab, jika pakai sistem kocor, dikhawatirkan langsung larut hilang bersama penyiraman air yang dilakukan secara fertigasi.  

 

"Jumlah air yang diberikan per polybag, menyesuaikan kondisi tanah dan fase pertumbuhan tanaman. Di Parangtritis, karena cuaca yang sedang sampai ekstreme, maka air yang dibutuhkan dalam 1 hari penyiraman, sekitar 2 liter air per hari," sambungnya.  

 

Adapun pupuk-pupuk diaplikasikannya, pada fase generatif yang mengandung unsur Kalium dan Kalsium tinggi. Serta pupuk Magnesium Sulfat.  

 

Shodik pun berpesan kepada para petani milenial di seluruh Indonesia:  

"Jangan lupa menanam, tetap semangat serta manfaatkan teknologi yang ada. Sehingga bisa terus berinovasi untuk menghasilkan karya yang maksimal bagi pertanian Indonesia. Salam petani hebat!"  

Berita Lainnya