Geliat Bertani Kakao di Lampung, Harga Panen Melambung

June 02, 2025 | Penulis: Mas'ul Hadi
Geliat Bertani Kakao di Lampung, Harga Panen Melambung

 

Kakao adalah tanaman perkebunan dengan nama ilmiah Theobroma cacao L., yang bijinya diolah menjadi cokelat, berasal dari Amerika Selatan dan sekarang banyak ditanam di berbagai kawasan tropika termasuk Indonesia. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil kakao terbesar ke-empat dengan kabupaten Pesawaran dan kabupaten Tanggamus sebagai sentranya. Kabupaten Pesawaran merupakan dearah penghasil kakao terbanyak di Lampung dengan luas areal mencapai 27.357 hektar dan produksi 28.544 ton/tahun.

 

Harga biji kakao memang fluktuatif namun masih tergolong tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Harga kakao non-fermentasi berkisar Rp 90.000 – 110.000 per kilogram. Sementara harga kakao fermentasi mencapai Rp 140.000 per kilogram, tergantung juga pada kualitas. Kualitas biji kakao sangat mempengaruhi harga jual. Beberapa faktor yang diperhatikan, antara lain kadar air, kandungan kotoran, biji kepet, biji dempet, biji pecah, ukuran biji serta adanya jamur. Kalau biji kakao yang dihasilkan memenuhi spek yang diharapkan maka harga pun akan terkatrol naik begitu pula sebaliknya. Harga kakao untuk saat ini masih tergolong tinggi yang dipicu oleh permintaan global yang tinggi dan pasokan terbatas. Kondisi pasar global sangat berpengaruh terhadap harga kakao lokal. Melambungnya harga ini juga bisa dikarenakan supply dari negara utama pemasok kakao dunia seperti Pantai Gading dan Ghana mengalami penurunan, yang bisa dikarenakan faktor cuaca yang kurang mendukung sehingga kuantitas panen menurun.

 

Dengan tren harga pasar biji kakao yang bagus, membuat petani pun semangat melakukan praktek budidaya yang lebih intensif. Hal ini dilakukan Suwardi, salah seorang petani kakao di desa Sinar Harapan kecamatan Kedondong kabupaten Pesawaran Lampung. Sejak lulus SMA, Suwardi terjun di bidang pertanian. Keterampilan bertaninya merupakan warisan turun-temurun dari orang tua. Di lahan yang dimiliki, Suwardi menanam kakao varietas MCC 02, salah satu varietas unggul yang memiliki daya tahan terhadap serangan hama penyakit dan produktivitas tinggi.

 

Jarak tanam ideal untuk tanaman kakao adalah 3,5 x 3,5 meter atau 3,5 x 4 meter. Hal ini bertujuan supaya cabang antar pohon tidak saling bersinggungan dan mengurangi kelembaban yang dapat memicu timbulnya serangan penyakit terutama jamur. Tanaman kakao merupakan jenis tanaman tahunan, yang memulai berbunga di kisaran umur 8 bulan setelah tanam. Namun demikian, bunga awal ini sebaiknya kita buang supaya tanaman berkonsentrasi untuk pembentukan cabang yang lebih kuat dan besar yang mampu menopang buah.

 

 

Program pembungaan dapat dimulai setelah tanaman berumur 1,5 tahun. Menjelang pembungaan maka perlu disiapkan pemupukan yang mengandung unsur hara Phospat tinggi seperti pupuk MerokeFOSFAT. Pemupukan berikutnya dilakukan saat fase buah pentil, yang mana membutuhkan unsur hara Phospat dan Kalium yang cukup, sehingga cocok menggunakan pupuk NPK PROFESSIONAL 9-25-25. Pemupukan berikutnya dilakukan setelah panen buah ketiga menggunakan kombinasi pupuk KARATE PLUS BORONI, NPK PROFESSIONAL 9-25-25 dan MerokeKKB dengan perbandingan 1:2:2, dosis yang dipakai 500 gram tiap pohon. Aplikasi pemupukan ini dilakukan secara teratur setiap 2-3 kali panen berikutnya. Bunga pada tanaman kakao ini terus-menerus sehingga panen bisa sepanjang tahun.

 

Dengan asupan nutrisi yang cukup dan teratur maka potensi produktivitas kakao yang ditanam pun akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan besar tanaman. Dengan pola budidaya yang semakin intensif maka hasil panen yang diperoleh petani pun semakin meningkat sehingga pendapatan dan taraf ekonominya juga akan lebih baik. 

Berita Lainnya