Berburu Warisan 'Purba' di Jepara Bersama Durian Traveler & Pakar Durian

February 03, 2023
Berburu Warisan 'Purba' di Jepara Bersama Durian Traveler & Pakar Durian

 

Bekerja sesuai dengan passion, sangatlah menyenangkan. Ini saya rasakan saat 15 Januari 2023 lalu, berkunjung ke Jepara. Tak sendiri, saya bersama rombongan teman-teman dari Durian Traveler. Yang bikin seru, ada juga para peneliti dan pegiat durian di Indonesia.

 

Yaitu, Profesor Greg Hambali yang merupakan maestro persilangan durian Indonesia, Profesor Muhammad Reza Tirtawinata merupakan Ketua Yayasan Durian Nusantara, dan Eko yang merupakan pegiat durian merah Banyuwangi yang juga pemilik Agro Banyuwangi.

 

 

Bicara Jepara, sangat identik dengan julukan kota ukir, karena banyak melahirkan seniman yang berkarya di industri furnitur. Di lain sisi, Jepara pun terkenal akan kekayaan durian lokalnya. Paling terkenal dan begitu melegenda sejagad di Jawa Tengah, yaitu durian petruk.

 

Untuk cita rasanya, durian petruk ini konon memiliki daging kuning yang tebal, berserat halus, agak lembek serta rasanya sangat manis & khas saat diicip. Saking manisnya, ada nuansa pahit di setiap kecapan lidah ketika menikmatinya. Namun, kini durian Petruk diklaim telah punah. Pohonnya telah mati. Tidak ada pengganti.

 

"Sudah tidak ada lagi durian petruk. Kalau ada yang bilang punya, bisa dipastikan 99,9% bohong," ucap Isnul Abdi, pegiat wisata durian dan anggota Durian Traveler di Jepara.

 

Di Jepara, sebenarnya ada banyak jenis durian lokal lainnya yang patut dinikmati dan diviralkan kepada semua pecinta durian di Indonesia. Karena itulah, Isnul beserta tim lainnya mengumpulkan dan menyeleksi 450 pohon durian berbagai jenis.

 

 

"Saat ini ada sekitar 50 bibit unggulan, kami beri nama sendiri-sendiri. Tujuan kegiatan adalah mencari bibit unggulan, sekaligus mencari bibit pengganti durian petruk, The Next Petruk!!!," sambungnya.

 

Baginya, Desa Batealit dan Desa Kecapi adalah dua daerah di Jepara penghasil durian yang berkualitas baik. Dua daerah ini dilalui oleh jalur tanah dari Gunung Muria.

 

Kunjungan ke Pasar Ngabul

 

Perjalanan di Minggu pagi (15/1), dimulai dari pukul 05.30. Kami tiba di pasar Ngabul, yang terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan lokal ketika musim puncak durian di Jepara tiba. Dimana, musim panen puncak durian di Jepara biasanya pada akhir musim penghujan, yakni Desember dan Januari.

 

Ketika musim puncak durian tiba, pasar Ngabul menjadi kawasan tersibuk, karena sebagai sentra penjualan durian di daerah Jepara. Durian lokal dari beragam daerah sekitaran Jepara, Pati, Demak dan Grobogan berdatangan diantar ke pasar ini.

 

 

Bagi pecinta durian, trip ke pasar Ngabul pasti masuk ke list yang wajib dikunjungi. Di sini para pengunjung bisa memilih dan membeli durian lokal dengan harga bersahabat. Meski demikian, tetap harus hati-hati dalam memilih durian di pinggir jalan atau di pasar, agar sesuai dengan selera.

 

Tips & Trik Memilih Durian

 

Memilih durian lokal memang susah susah gampang, namun jika kita sudah terbiasa memlilih durian lokal tentu kita bisa menemukan kepuasan tersendiri, karena banyak durian lokal Indonesia yang tidak kalah dengan durian Introduksi. Profesor Muhammad Reza Tirtawinata punya tips & trik dari dalam memilih buah durian.

 

 

Pertama, pilih dari aromanya yang sudah menyengat. Kedua, pilih dari bentuknya yang sempurna dan sudah sedikit terbuka pada bagian bawah buahnya.

 

Terakhir, jika memungkinkan, untuk mencoba sedikit bagian buah durian dengan cara ditusuk dengan pisau sedikit. Agar, tahu rasa duriannya apakah sesuai dengan selera kita apa tidak.

 

Kunjungan ke Situs Durian Purba Berusia Ratusan Tahun

 

Setelah puas memilih durian lokal di pasar Ngabul, kami lanjutkan perjalanan ke lokasi kuliner untuk sarapan. Kemudian, melanjutkan trip kedua, yaitu mengunjungi situs durian purba yang terletak di Desa Jlegong, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Konon pohon durian ini sudah berusia 250-500 tahun.

 

 

"Semula pohon durian raksasa di daerah itu berjumlah 5 pohon. Namun, satu tanaman terpaksa ditebang saat pandemi Covid merebak untuk memenuhi kebutuhan kayu yang meningkat. Kayu tersebut dipakai sebagai bahan material peti jenazah akibat Covid-19 yang banyak merenggut nyawa masyarakat Jepara," jelas Isnul.

 

Sambungnya, dari satu pohon durian yang dibelah-belah bisa menghasilkan ratusan peti mati. Maklum saja, dari batang pohon yang besar, tumbuh 7 cabang yang diameternya seukuran pohon durian berumur 10-15 tahun.

 

“Sejak dahulu, kayu durian memang disukai para pembuat peti jenazah karena tergolong kayu ringan. Beruntung, pandemi Covid segera mereda, sehingga kebutuhan kayu untuk peti jenazah tak lagi terlalu mendesak," imbuhnya.

 

Sementara itu, Dr Reza Tirtawinata, Ketua Yayasan Durian Nusantara mengatakan, “Ini pohon-pohon durian terbesar dan tertua yang pernah saya jumpai di Pulau Jawa. Umumnya, tanaman durian raksasa ditemukan di luar Jawa, seperti Kalimantan ataupun Lombok," ujarnya.

 

Di Kalimantan, pohon durian yang meraksasa masih dapat ditemukan karena lokasinya yang terpencil sehingga tidak terganggu aktivitas manusia. Sementara itu, di Lombok, pohon durian super besar tetap terawat karena berada di Kompleks Istana Narmada, sehingga terjaga dari perubahan penggunaan lahan.

 

Menurut Reza, bila ditemukan di Jawa, berarti pemilik atau warga sekitar tergolong masyarakat yang sadar untuk menjaga pohon tua. Banyak pohon durian tua di Jawa telah tergusur.

 

Melihat potensi besar serta keberadaan durian - durian besar dan berumur ratusan tahun ini, Ketua Yayasan Durian Nusantara, Mohammad Reza Tirtawinata berharap agar pohon-pohon durian yang kokoh tetap lestari di Bumi Kartini Jepara, sehingga menjadi warisan cagar budaya atau heritage.

 

Sedangkan Profesor Greg Hambali, sangat menyayangkan penebangan pohon durian purba di komplek pemukiman ini, yang seharusnya ada tiga pohon durian besar, saat ini sisa dua pohon. Hal yang disesalkan Profesor Greg Hambali, adalah dengan mudahnya pemilik menebang dengan iming - iming uang.

 

 

Padahal, pohon durian purba Jepara memiliki kelebihan soal daya tahan dan perakaran yang bagus. Sistem kerja mikroba & daya tahan pada pohon durian purba inilah, yang memungkinkan dibuatnya standar batang bawah pada pohon durian di Indonesia.

 

Icip Durian Purba

 

Setelah puas berdiskusi dengan para pakar durian dan berswa foto, kurang komplit rasanya jika tidak mencoba rasa buah durian purba. Setelah dicoba, ternyata rasa dari buah durian purba tidak kalah dengan durian lokal Jepara lainnya.

 

"Rasa buah durian purba ini belum top secara performa. Jika cuaca dan perawatannya mendukung seperti pemupukan yang rutin dan optimal. Tentunya, rasa durian purba dapat lebih nendang dan mengigit. Namun, mengingat umur dari durian purba sudah ratusan tahun, diperlukan penelitian dan kolaborasi lebih lanjut dari dinas-dinas terkait agar pohon ini tetap bisa dinikmati oleh anak cucu kita," papar Profesor Greg Hambali.

 

Wah, saya bersyukur bisa mengikuti kegiatan jalan-jalan ini. Berkesan.

 

Terimakasih kepada semua pihak yang sudah banyak memberikan ilmu dan wawasannya. Saya berharap tahun depan dapat menikmati durian khas Jepara lagi dengan kondisi yang lebih meriah.

 

Semoga kelestarian durian lokal dan durian purba di Jepara juga selalu terjaga, agar semua pecinta durian di Indonesia dapat menikmatinya. Maju terus durian Indonesia, Salam Mutiara.

Berita Lainnya