Semua Bisa Budidaya Hidroponik

September 18, 2018
Semua Bisa Budidaya Hidroponik

Kecenderungan masyarakat kota untuk menggeluti hidroponik baik untuk hobi maupun usaha belakangan makin terasa. Ini terlihat dari bertumbuhnya komunitas pecinta hidroponik di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Medan, Bandung, Yogya, Surabaya, Makassar, Pontianak, Bali, termasuk di sentra tanaman pangan Ponorogo dan kota-kota lainnya.

 

Diskusi di dunia maya tentang hidroponik makin hangat. Beberapa membentuk komunitas seperti Komunitas Hidroponik Indonesia, Komunitas Hidroponik Yogya, Komunitas Hidroponik Bali dan lainnya.

 

Pelatihan tentang hidroponik yang digelar rutin tiap bulan pun diserbu oleh banyak peserta. Demikian pula sarana produksi hidroponik sudah banyak ditawarkan melalui belanja online.

 

Menurut Catur Dian Mirzada, salah satu praktisi hidroponik di Medan, perkembangan media sosial mendorong terbentuknya komunitas hidroponik. Saat ini komunitas MTJ Hidroponik Grup Belajar Bersama yang dibangunnya sejak dua tahun lalu sudah mengumpulkan lebih dari 19.000 orang.

 

Catur menambahkan, sekarang sudah terbentuk lima ambassador yang siap membantu memberikan pelatihan hidroponik. "Para ambassador ini yang memberikan pelatihan kepada masyarakat yang terjun dalam hidroponik. Konsep yang dikembangkan bagaimana hidroponik itu Easy (mudah dipahami), Enjoy (menyenangkan). Namun demikian memberikan hasil Excellent (hasil memuaskan) dan Earn (menghasilkan pendapatan)", terang Catur yang juga menjabat sebagai Marketing Manager PT Meroke Tetap Jaya ini.

 

Budidaya sayuran dengan teknologi hidroponik ini diakui pemilik Hijos Farm, Harti, sekarang lebih mudah. Kemudahan ini setelah ada perusahaan sarana produksi yang sudah memasarkan pupuk khusus untuk hidroponik, ditambah dengan pelatihan tentang budidayanya serta terbentuknya komunitas belajar hidroponik.

 

"Saya awalnya hanya hobi hidroponik yang saya buat di balkon apartemen. Tetapi sejak akhir 2016 lalu mulai membuka greenhouse. Dan sejak mengikuti pelatihan, makin semangat lagi untuk mengembangkan hidroponik", terang Harti.

 

Meski sebagian besar masih bersifat hobi, namun antusiasme masyarakat untuk menghasilkan sayuran secara mandiri makin tinggi. Produksi sayuran tidak saja dilakukan petani di sawah, tetapi juga bisa dilakukan mereka yang tinggal di kota dengan lahan terbatas.

 

Segmen pasar khusus seperti pasar swalayan, restoran, dan hotel berbintang yang membeli produk sayuran hidroponik menjadi pendorong tumbuhnya pelaku budidaya tanpa menggunakan media tanah ini. Jenis sayuran hidroponik yang umum dijual di pasar modern antara lain sawi, kailan, selada, pacoy, buncis, bayam, pare, brokoli, tomat, dan lainnya. Sementara untuk buah yang cukup diminati seperti strawberry.

 

Selain itu, kelebihan sayuran hidroponik, biasanya dibanderol tinggi. Sebagai contoh, harga selada dalam sekilo bisa mencapai Rp 50.000. Sawi putih yang di pasar tradisional biasa dijual satu ikat Rp 5.000-Rp 7.000, di pasar modern sawi putih dari kebun hidroponik dijual Rp 15.000-Rp 20.000.

 

Peluang pasar hidroponik masih terbuka lebar. Sebuah swalayan besar untuk memenuhi 41 gerainya di Jakarta saja membutuhkan tiga ton sayuran hidroponik.

 

Syarat sayuran hidroponik yang disuplai ke pasar modern antara lain berwarna cerah tidak ada kerusakan, daun segar tidak layu serta tidak berwarna kuning. Teksturnya tidak keras, batang tidak rusak, dan tidak mengandung banyak air, bersih dari kotoran, akarnya putih dan ukuran seragam.

 

Prospek ke depan, menurut Harti, hidroponik masih terbuka lebar. "Semua sekarang bisa budidaya hidroponik karena tidak membutuhkan lahan luas dan semua haranya sudah tersedia. Mau suplai ke pasar modern, hotel berbintang atau ke enduser juga bisa karena sekarang masyarakat sudah mengenal sayuran hidroponik yang lebih higienis dan berkualitas baik", jelas Harti yang masih mengandalkan lettuce sebagai komoditi utama.

 

Media Selain Tanah

Secara umum hidroponik merupakan teknologi budidaya tanaman tanpa media tanah. Dengan memenuhi semua kebutuhan hara melalui larutan nutrisi menggunakan atau tidak media inert (organik/non) seperti batu, kerikil, vermikulit, rockwool, peat moss, serbuk gergaji, cocopeat dan lainnya sebagai penyangga mekanis akar.

 

Budidaya menggunakan teknologi ini, tanah tidak lagi menjadi faktor pembatas. Tidak diperlukan lagi pekerjaan pengolahan tanah, bahan penyubur tanah dan lainnya. Hidroponik memungkinkan menciptakan kondisi yang optimal sehingga produksi bisa lebih tinggi dan sepanjang tahun.

 

Pada dasarnya ada dua jenis sistem yang dipakai dalam sistem tanam hidroponik, yaitu sistem aeroponik dan Nutrient Film Technique (NFT) atau Teknik Lapisan Tipis Nutrisi. Umumnya sistem aeroponik hanya digunakan untuk penelitian dan produksi komersial khusus, ini dikarenakan sistem bercocok tanamnya yang cukup rumit. Pada sistem ini, sistem tanam bergantung pada kerja pompa air dan aliran listriknya. Bila kedua komponen tersebut terganggu maka akan mengakibatkan aliran nutrisi ke dalam tanaman juga ikut terganggu.

 

Bila sarana dan prasarana budidaya dengan teknologi hidroponik sudah tersedia, maka makin memudahkan bagi semua yang mau menggeluti usaha ini. Mau hobi atau industri sesuaikan dengan tujuan usaha. Aplikasi untuk menyusun nutrisi hidroponik pun sudah ada. Bagi yang masih awam dapat mengikuti pelatihan yang digelar rutin tiap bulan di berbagai kota.

 

Marketing Manager PT Meroke Tetap Jaya, Catur Dian Mirzada, hidroponik kini kian mudah karena adanya formula nutrisi yang siap pakai.

 

"Untuk mendapatkan nutrisi hidroponik atau yang dikenal dengan AB Mix tidak perlu lagi meracik satu-satu unsur. Sudah tersedia AB Mix baik yang tiga racikan, empat racikan, maupun enam hingga tujuh racikan. Tinggal dipilih mana yang akan digunakan," paparnya.

 

Lanjut Catur, kelebihan budidaya hidroponik yang membuat masyarakat harus mencobanya yaitu, harga sayuran hidroponik dapat dijual lebih tinggi dari sayuran biasanya di pasar.

 

"Sayuran yang diproduksi dengan hidroponik lebih bernutrisi, segar, bebas pestisida, bebas cacing nematoda, lebih sehat. Makanya wajar jika sayuran hidroponik diharga lebih mahal," tandas Catur.

 

Sumber: Majalah Tebar, Edisi 15 September - 15 Oktober 2017

Berita Lainnya