Kutilang/Etiolasi Pada Tanaman Hidroponik, Apa Penyebabnya???
July 28, 2022
"Kesalahan pertama yang sering dilakukan dan ditanyakan, semaian yang sudah kutilang (kurus tinggi langsing), atau bahasa kerennya etiolasi," ujar Catur Dian Mirzada, Marketing Manager PT Meroke Tetap Jaya yang kerap menjadi narasumber pada berbagai pelatihan hidroponik.
Menurutnya, kondisi tanaman yang kutilang diakibatkan semaian kurang terkena sinar matahari penuh, terutama saat pagi hari.
"Kebanyakan benih sayuran umum yang dibudidayakan hanya perlu 1-2 malam dalam kondisi gelap. Ketika sudah terlihat benih pecah kecambah, maka segera jemur semaian, sehingga sehat dan cepat pertumbuhannya," ulasnya.
Sementara untuk ukuran benih yang lebih besar, lanjut Catur, menyukai perendaman semalaman dengan air hangat. Tujuannya agar kecambah lebih seragam dan serentak. Dan, untuk benih yang berukuran kecil tidak diperlukan.
"Air diperlukan untuk membangunkan benih dari tidur sementaranya (dorman) selama kedap udara di kemasannya. Tentunya, ada benih tertentu yang memerlukan perlakuan khusus. Jangan lupa, jika sudah pecah kecambah, jemurlah dan mandikanlah mereka dengan sinar matahari khusus," papar Catur.
Selain itu, juga karena satu lubang rame-rame dimasukkan benihnya, kecuali untuk jenis bayam dan kangkung. Sebaiknya jangan pernah menyemai benih lainnya lebih dari satu benih pada titik atau bidang semai yang sama.
Sambungnya, benih sayuran seperti selada, sawi, samhong, kale, dan lain- lainnya memang berukuran halus dan kecil, namun akan menjadi tanaman yang tumbuh besar saat dewasa.
"Resiko dari satu lubang rame-rame adalah tanaman tumbuh kutilang (kurus, tinggi, dan langsing) karena masing-masing tanaman berkompetisi mendapatkan cahaya saat memasuki fase remaja dan dewasa," ucap Catur.
Solusi yang dapat dilakukan adalah dalam satu lubang tanam, hanya diberikan satu benih, kecuali bayam atau kangkung. Kutilang juga terjadi saat tanaman kurang mendapatkan air dan cahaya matahari.
"Kering... Kekeringan. Basah... Kebasahan. Panas... Kepanasan," ujarnya.
Maksud dari ucapan tersebut di atas untuk mengkritisi perlakuan hidroponiker saat menangani bibit. Menurutnya, penanganan bibit harus memerhatikan tingkat kecukupan air dan cahaya matahari.
"Hampir semua bibit semaian berumur paling lama 14 hari setelah semai (bila sinar matahari cukup baik dengan rataan 7-10 HSS sudah siap pindah tanam ke meja remaja atau meja produksi). Bibit ini masih muda dan lemah. Sangat rawan untuk perubahan yang ekstrim. Jaga tingkat kecukupan airnya, hindari basah tapi tidak berenang," lanjutnya.
Untuk cahaya matahari, Mas'ul menegaskan tanaman membutuhkan cahaya matahari, namun tidak berlebihan. Sebab, tanaman tidak tahan bila mendapatkan penyinaran matahari yang sangat terik, tanaman bisa 'gosong'.
"Pada jam 12.00-14.00 adalah kondisi ekstreme intensitas cahaya matahari, juga terhadap suhu dan RH (relative humidity) atau kelembaban. Rasakan sendiri pada kondisi ekstreme ini. Bila kulit tubuh Anda tidak nyaman pada kondisi tersebut, artinya calon bibit Anda juga akan tidak nyaman. Lakukan perbaikan!" tegasnya.
Agar tanaman tumbuh optimal, kita harus menjaga kondisi basah semaian dan memasang teduhan pada saat intensitas cahaya matahari sangat ekstreme.
"Jangan lupa membuka kembali setelahnya. Resiko etiolasi harus dihindari, cari formula yang paling cocok dengan kondisi lingkungan semaian Anda," sambungnya.
Berita Lainnya
December 26, 2023
Sistem Hidroponik untuk Pertanian Modern
October 18, 2022
NPK Mutiara 16-16-16 untuk Hidroponik, Bisakah???
October 06, 2022
Gunakan Tabel Kejenuhan Bahan
October 06, 2022