Jambu Air: Potensi Emas Pertanian Indonesia
December 12, 2024 | Penulis: Rizqina Aulia
Pernahkah membayangkan memiliki kebun jambu air sendiri yang dapat menghasilkan panen berlimpah sepanjang tahun? Jambu air merupakan komoditas pertanian yang menarik di Indonesia, tergolong dalam kelas Magnoliopsida dan memiliki potensi ekonomi yang sangat menjanjikan. Secara genetik, jambu air memiliki tingkat kemanisan (brix) yang sangat baik mencapai 15, sehingga tidak kalah saing dengan komoditas buah lain seperti melon dan semangka.
Ternyata asal-usul jambu air dengan beberapa spesiesnya dari kawasan Asia Tenggara tercatat berasal dari Indonesia. Tanaman tahunan ini menunjukkan adaptabilitas luar biasa karena dapat tumbuh optimal di dataran rendah maupun menengah. Namun, dalam praktik budidayanya petani kerap menghadapi beberapa tantangan. Pertama, permasalahan pecahnya buah yang ternyata disebabkan oleh defisiensi kalsium (Ca). Sifat unsur Ca yang i-mobile (tidak bergerak tanpa intensitas cahaya matahari) mengharuskan petani melakukan penyemprotan langsung pada buah atau batang tanaman. Pupuk KARATE PLUS BORONI yang mengandung Ca dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi masalah ini.
Tantangan kedua adalah kerontokan bunga, yang sangat berpengaruh terhadap produksi jambu air. Kerontokan massal dapat mengurangi cluster buah dan berdampak signifikan pada hasil panen. Untuk mengatasi permasalahan ini, petani disarankan melakukan penyemprotan menggunakan pupuk seperti MerokeMAP, MerokeCALNIT, atau MerokeMKP dengan aplikasi fosfor (P) dan kalium (K) yang tinggi.
Strategi pemupukan menjadi kunci utama dalam mengoptimalkan hasil jambu air. Proses pemupukan dibagi menjadi tiga tahapan penting. Tahap pertama dimulai dengan menggunakan NPK Mutiara 16-16-16 dan pupuk KARATE PLUS BORONI untuk recovery tanaman. Empat puluh lima hari kemudian, pemberian pupuk beralih ke NPK Mutiara PROFESSIONAL yang kaya P dan K untuk pembentukan calon buah.
Tahap akhir pemupukan difokuskan pada penggunaan pupuk K non-klor. Suburkali BUTIR menjadi pilihan utama karena jambu air sangat sensitif terhadap klor. Pupuk ini efektif meningkatkan brix, bobot buah, dan kualitas hasil panen. Untuk optimalisasinya, dapat mengombinasikan dengan MerokeSOP yang memiliki kandungan sulfur (S) dan K mencapai 52 persen.
Aplikasi foliar dapat dilakukan dengan mencampur MerokeSOP atau MerokeKALINITRA dengan MerokeMKP. Teknik ini tidak sekadar mencegah masalah, tetapi secara aktif meningkatkan kualitas warna, aroma, dan tingkat kemanisan buah. Penting untuk diperhatikan bahwa penggunaan pupuk harus dilakukan secara tepat dan efektif.
Keunggulan budidaya jambu air terletak pada kemampuannya untuk dipanen berkali-kali dalam setahun dan memiliki segmentasi pasar yang luas, mulai dari pasar tradisional hingga modern. Namun, untuk menembus pasar modern, kualitas dan kuantitas hasil panen harus terus ditingkatkan. Dengan strategi pemupukan yang tepat, penanganan yang cermat, dan inovasi berkelanjutan, jambu air berpotensi menjadi salah satu komoditas penting dalam pengembangan pertanian Indonesia.
**Untuk melihat dosis dan cara pemakaian, bisa cek website kami atau download Apps Petani Cerdas di Google Playstore.
Berita Lainnya
December 18, 2024
Pupuk Urea vs ZA: Mana yang Lebih Baik untuk Tanaman?
December 12, 2024
Jambu Air: Potensi Emas Pertanian Indonesia
November 23, 2024
MerokeKKB: Solusi Tepat Pemupukan Kelapa Sawit
October 24, 2024